Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Penulis itu Profesi atau Bukan?

1 Januari 2024   20:52 Diperbarui: 2 Januari 2024   06:45 1814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggota asosiasi memaklumi dan menyetujuinya dengan syarat tidak memberatkan atau mendapatkan subsidi dari pemerintah karena ini termasuk program pemerintah. Hal inilah yang harus diupayakan pengurus asosiasi melalui kerja sama dengan pemerintah atau lembaga/organisasi lain.

Memasuki Industri Penulisan

Kebanyakan penulis selalu dihubungkan dengan industri penerbitan, baik penerbitan media berkala maupun penerbitan buku. Tentang hal ini dapat dimaklumi karena bahan baku industri penerbitan adalah naskah dari penulis. Namun, jarang diulas bahwa penulis juga dapat berkiprah di industri penulisan.

Saya menyebut industri penulisan terkait dengan bisnis penulisan yang dijalankan untuk memenuhi kebutuhan organisasi/korporat nonpenerbit. Industri jasa ini ternyata sangat berkembang yang dijalankan oleh individu atau badan usaha. Sebagai contoh mudah adalah bisnis penulisan biografi/autobiografi tokoh yang menyasar pada pasar individu atau organisasi/korporat dari kecil-menengah hingga besar.

Dengan prinsip tidak ada satu pun bidang di dunia ini yang lepas dari tulis-menulis maka jasa penulisan dapat ditawarkan kepada semua bidang. Saya pernah menangani beberapa pekerjaan/proyek penulisan yang tidak berhubungan dengan latar pendidikan saya, di antaranya dari bidang asuransi syariah, asuransi umum, militer, tambang, otomotif, kesehatan, dan politik. 

Jika penulis hanya memasuki industri penerbitan, misalnya penerbitan buku, ia akan sangat bergantung pada produktivitas dirinya, penjualan buku, dan kinerja penerbit. Ia mungkin menjadi penulis buku best seller dan mungkin pula tidak. Ia mungkin menjadi penulis lepas yang dikontrak sebuah media dan mungkin pula hanya sekali-sekali muncul. 

Fenomena itu yang menyebabkan Wahyudi Akmaliah, peneliti LIPI, pernah menulis artikel bertajuk "Profesi Penulis, Terlihat Gagah Tapi Rentan Secara Ekonomi". Profesi penulis masih dipandang tidak memberikan kecukupan, apalagi kebebasan finansial. Sebagian besar penulis memang bergantung pada pendapatan sebagai penulis mandiri---yakni menulis karya sendiri dan dipublikasikan di media. 


Pilihan menjadi penulis jasa atau penulis profesional yang bekerja untuk perseorangan atau organisasi lain, ternyata tidak semua berminat memasukinya. Mungkin juga karena tidak mengenali rimba jasa penulisan semacam ini sehingga tidak tahu apa yang dapat dilakukan dengan potensi kepenulisan yang dimiliki.

Semakin Mudah Mengaku sebagai Penulis

Tentu tidak dapat disalahkan ketika seseorang mudah mengaku sebagai penulis, tetapi ia tidak pernah diuji kompetensinya. Sering kali bukti yang diperlihatkannya hanya karya tulis yang sudah dipublikasikan, padahal dipublikasikan oleh media yang tidak bereputasi. Bahkan, publikasi itu terjadi karena ia membayar media tersebut.

Jadi, bidang penulisan pada masa kini termasuk bidang yang mudah dimasuki, termasuk bagi seseorang yang hanya belajar secara autodidak. Istilah ini dalam konteks industri sering disebut hambatan masuknya (barrier to entry) terbilang rendah  Alhasil, seseorang dengan mudah sekali mengaku berprofesi sebagai penulis, bahkan penyunting dengan bukti seadanya atau tanpa pembuktian.

Sang penulis bahkan tidak merasa perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan menulis yang memadai.  Dengan metode menerbitkan buku sendiri (self publishing), ia sudah dapat menyebut dirinya penulis buku. Apalagi ternyata publik memercayainya.

Fenomena semacam ini juga menguat karena basis-basis ilmu penulisan di perguruan tinggi tidak serta merta menjadikan lulusannya sebagai penulis. Misalnya, lulusan Fakultas Ilmu Budaya yang notabene belajar bahasa dan sastra belum tentu menjadi penulis atau sastrawan atau setidaknya kompeten dalam menulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun