Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang MASA DEPAN. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah Peringkat # 1 ========================================== Puji TUHAN atas IDE yang Engkau alirkan DERAS ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nano Puisi: Apa yang Sebenarnya Dikorbankan?

20 Juli 2021   05:41 Diperbarui: 20 Juli 2021   06:08 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin) 

Nano Puisi: Apa yang Sebenarnya Dikorbankan?

 

andai kisahnya dibalik lagi, korban domba diganti aslinya
sebagaimana kebenaran yang ada di dalam mimpinya
kemungkinannya kita akan menolaknya atau
takut menjalankannya

tapi ketika pengorbanan diganti domba
kemungkinannya kita bisa menerimanya
atau akan rela melaksanakannya
iman kita tak jadi goncang
karenanya

nah!, ternyata belum berhenti sampai di sini masalah kita
masalah yang sumbernya dari sifat kita sebagai manusia
lalu selanjutnya bagaimana?
apa yang sebenarnya dikorbankan kita?

selanjutnya
karena domba ada harganya
lantas masalah pengorbanan ini
bergeser naik ke masalah yang ada
di akal kepala kita

mulailah ia berhitung-hitung
angka prosentasenya
yang akan berdampak 
pada pengurangan harta tercintanya

lalu ujungnya akan pengaruhi akal hatinya
dan akan menyuruh denyut hatinya untuk 
mencari-cari pembenaran lainnya

untuk mencari-cari barangkali
ada bunyi pembenaran selain ini 
yang bisa jadi dasar alasan
untuk  mengurangi lagi
besarnya jumlah dari 
pengorbanannya

(yakni pengorbanan dari segala
apapun yang kita cintai karena
telah melebihi cinta kita kepada
sang pemberi sejati)

(episode 2, 2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun