Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan Sekelebat CERPEN: BERTEMUNYA DUA ORANG HEBAT (6). Semoga bermanfaat. 🙏🙏

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah Peringkat # 1 ========================================== Puji TUHAN atas IDE yang Engkau alirkan DERAS ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ganang

21 April 2021   10:00 Diperbarui: 23 April 2021   00:36 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

Aku coba bertanya kepada mereka, "Engkau semua sedang membicarakan apa ?, perdengarkan padaku suara yang kalian ucapkan itu.". Kembali mereka menunjukkan seolah sedang merespons pertanyaan yang aku lontarkan kepada mereka. Mulutnya komat-kamit, gerak-gerik tangan mereka berapi-api, semua menudingkan telunjuknya kepadaku. Tapi aku tak mendengar. Aku coba menguji kenormalan dari pendengaranku dengan cara pura-pura batuk. Batuk itu jelas sekali bisa aku dengar, pertanda kedua telingaku masih normal. Kuteruskan langkahku menyusuri jalanan dengan penuh rasa asing dan heran.

Aku tatap sebuah gedung kampus yang megah. Di sana-sini terpasang spanduk berisi tuntutan dan hujatan. Bekas gelas plastik minuman bercecer dimana-mana. Podium, mik, speaker, kabel dalam keadaan porak poranda. Ada segumpal darah masih basah menempel di lantai mimbar. Dan gigi tertancap pada mulut mik. Bekas pijakan sepatu boot ada di jalan tak beraspal ke tengah menuju sebuah arena kosong tempat podium itu didirikan. Terus kedalam mengikuti koridor kampus. Kiri kanannya berjejer gedung kecil-kecil dengan ruang-ruang yang pintu dan jendelanya semua dibuka. Sepi tiada orang di dalam. Semua papan pengumuman bertuliskan maksud informasi yang hampir sama. Ada yang bertuliskan: " Demi suksesnya reformasi total, kuliah Konsep Teknologi ditunda ", yang lainnya: " Kuliah Sistem Manufaktur hari ini ditiadakan ", sementara di papan pengumuman sebelahnya bertuliskan: " Untuk memberikan kesempatan mahasiswa pro-reformasi menyusun konsep strategi reformasi total, maka perkuliahan Strategi Korporasi ditunda sampai batas waktu yang akan ditentukan di kemudian hari."

Kampus sepi dan aku lupa ini kampusku atau bukan. Juga sebenarnya, aku ini mahasiswa atau bukan. Sambil bertanya-tanya dalam hati, aku merogoh dompetku mencari-cari barangkali ada KTM.  Hasilnya, nihil. KTP juga nihil. SIM, STNK, UANG semua kosong. Sekali lagi kosong sekosong pikiran dan cita-citaku !.

Di gedung Dekanat dan Rektorat, kudapati para petinggi kampus ini dalam bingkai foto diri yang terpasang gagah di dinding-dinding, lengkap dengan semua atribut yang disandangnya: gelar, pangkat, golongan, jabatan, dan semua atribut lainnya yang masih bisa ditempel dan akan terus ditempelkan. Sorot matanya persis sama dengan sorot mata Ganang ketika dia kutemui dalam mimpi sedang menjadi Menteri. Sedangkan dari mulutnya seolah sedang meneriakkan kata yang lebih garang dari suara yang keluar dari mulut Ganang. Melihat gambar-gambar itu pikiran kosongku kembali menerawang ke ruang lobi-lobi istana seperti yang sering aku saksikan di TV yang sarat dengan bahasa pengucapan " mohon petunjuk dan atas petunjuk atau mohon izin dan siap !".

Angin berlalu mengusap bau basin ketiakku. Malam di jalan dan petang di rerimbunan pikiran yang carut marut. Kota-kota memadamkan lampu dan menutup pintu. Bau mesiu dan pagar kawat berduri telah memenjarakan otak dan hati nurani. Sebuah sistem kehidupan sedang sekarat menanti ajal. Suara bengek asma Bu Mah dan wajah Ganang yang robek-robek seperti kertas nilai ujian akhir yang jelek habis diremas, diinjak, dirobek oleh si empunya nilai. Celotehan ceramah-ceramah dosen yang membawa pikiran mahasiswa ke alam ideal. Suara koor seragam-seragam para kompromis membukam malam, membukam purnama malam.

Aku lalu-lalang di tepi-tepi selokan. Diciprati genangan becek sedan. Ditinggalkan. Digebuki oknum-oknum penggebuk. Akulah Ganang yang Pemberani sekaligus Penakut. Yang berkeluyuran memasuki alam mimpi-mimpi manusia. Yang membangkitkan ambisi pembelaan sekaligus pengkhianatan.

Suara sirine tiba-tiba berhenti. Angin pun kini berubah arah. Ganang kini sudah menjadi pejabat. Kusapa tak menoleh, kuingatkan dia lupa.

*) "Menyatukan dua simpul permenungan tentang Reformasi vs Revolusi Mental Cinta Ibu Pertiwi di Hari Kartini"
(Kampus Pahlawan, 21 April 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun