Ternyata rasa yang menyenangkan itu masih bertebar di jalanan. Kalau mau, tinggal memungut pelan. Mungkin akan mampu membebaskan rasa kecut. Olah rasa itu sama pentingnya dengan olah raga. Hampir tiada terpaut.
Saat berjalan, ada saja yang mengetuk hati pelan-pelan. Dengan berbekal kesabaran, cinta sangat mungkin dilembutkan. "Aja kesusu tur grusa-grusu". Ketergesaan bisa menjadi tanda awal perpisahan.Â
Marilah kita mulai belajar mendengarkan, daripada ingin didengarkan. Tidak mengasah ketajaman lidah. Lidah itu sering berapi, di saat hati gundah.
Cinta pun begitu. Maunya nyambung, menghindari kemungkinan putus. Tapi risiko selalu ada agar melestari. Â Sebaiknya terus dimitigasi.
Doa kita, cinta tak kan berlari-lari. Lebih baik jalan di sini. Andaikan masih ingin terbang pergi, semoga kembali ke sarang lagi. Memayungi, agar bibit cinta yang sudah bersemi tidak mudah mati.
Kerinduan itu ternyata terpendam dalam. Jika setiap hari disiram dengan rasa cinta, bisa jadi menambah kesuburan. Maafkanlah kekasih. Ini hanyalah ungkapan. Sama sekali bukan keluhan tentang suatu hubungan.