Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bibir Merah Semakin Pucat

12 April 2022   17:56 Diperbarui: 12 April 2022   18:00 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan karya Rene Gruau  -  Bersumber dari twitter Ivan Gaidarov

Seni menikah, bukanlah petualangan kapal pecah. Terapung di samudera luas, nyaris tanpa kompas. Menggebyarkan citra luar, menipu diri sendiri saja.

Batas damai dan liar bisa dibuat-buat.

Citra bibir merekah indah dahulu, tak mirip delima lagi. Ternyata hiasan ada di mana-mana, termasuk dalam seni berumah tangga.

Semakin ke sini, sungguh sulit menjinakkan kata-kata. Makna damai, ternyata mirip kata-kata mutiara.

Saat di tengah lautan, ada saja rintang halangan. Diawali "mangro tingal" dahulu. Melihat lebih dari satu, terpecah pandang kan menuju.

Relasi personal makin menjauh. Terombang-ambing di tengah laut, dibelah badai. Pola berumah tangga makin tiada, nyaris meraba-raba. Konflik pribadi pun membara. Suami maunya ke selatan, isteri jalan ke utara. Komunikasi macet total, seperti jalan pantura jelang lebaran.

Bibir merah makin memucat. Keterlibatan emosi seperti api menjilat. Berdua bingung ke mana mencari dermaga kan merapat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun