HIdup terlotak-kotak. Setiap kotak dipercaya paling benar. Lainnya salah. Setiap kotak merasa yang paling indah.
Setiap kotak menyimpan sejuta argumentasi. Warnanya paling asli. Tiada yang menyamai.
Di dalam kotak, mereka tumbuh. Berusaha sehat jasmani dan rohani. Bisa bermain-main aman. Terus mencari, apa hakikat cinta sejati.
Setiap tepi kotak sebenarnya cair. Tapi selalu dihitam tebalkan. "Hitamku bukan hitammu. Putih tak ada di tempatmu". Begitulah seterusnya. Akhirnya kain yang berwarna warni itu, dipaksa menjadi satu pilihan saja. Hitam atau putih.
Jika sudah kecemplung di kotak, terasa menghilang rasa bingung. Semua dianggap satu warna. Satu jawaban, untuk pertanyaan yang beraneka.
Jika terdapat garis tipis saja, dikembangkanlah rasa curiga. Entah itu garis merah, kuning, atau hijau.
Sementara itu, pagi ini di alam liar, burung-burung masih berkicau. Bersahut-sahutan dalam simphoni perbedaan alam.
Kotak itu dipandang sudah penuh. Ia menampik perbedaan sekecil apa pun. Penuh dan jenuh, tak nyaman untuk dijadikan medium berkontemplasi yang tenang.
Kotak-kotak itu sebenarnya ingin menampilkan keindahan. Tapi sering tidak menyukai perbedaan.