Aku selalu merasakan kehadiranmu. Tanpa wujud, penuh kejut. Kau di balik rencana yang kau ramu. Sengat aromanya terasa.
Bebauan itu mengusik nyenyak tidur siang. Walau malam berubah syahdu, ku tetap gagal paham. Mengunyah, mencerna tak bisa-bisa.
Perahu rinduku tetap berlayar pelan. Di pembuluh selat yang sempit, ku selalu merasa terhimpit. Bingung mengikuti tarian angin. Tak tentu arah, menuruti ingin.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!