Dua minggu ini aku sangat terganggu dan tersiksa. Bukan karena ada seorang atau sekelompok orang yang mempersekusiku. Tetapi aku tersiksa oleh perasaanku sendiri. Ya, aku menjadi tersiksa, ketika aku tak bisa menolong seseorang yang minta tolong kepadaku. Padahal ia sangat membutuhkan pertolonganku itu. Apalagi yang minta tolong ini adalah sobat karibku sendiri, yaitu Yanes. Apalagi dalam dua minggu ini, itu sudah terjadi yang kedua kalinya.
"Sekali lagi, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya padamu ya, Bro!" saat ucapkan itu sesungguhnya hatiku seperti tersayat-sayat. Lebih-lebih saat kulihat wajahnya yang mengeruh. Dadanya yang naik turun seperti menahan perasaan. Dan langkahnya yang gontai dan lunglai saat meninggalkan rumahku.
"Mengapa Mas kok tak mau membantunya? Sudah dua kali lho, Kak Yanes meminta pada Mas. Padahal kalau Mas mau membantunya, hidup kita juga akan sangat terbantu." Komentar istriku mengandung penyesalan di dalamnya.
Benar sekali kata istriku. Andai aku mau membantu Yanes sebagai asistennya dalam mengembangkan usaha biro jasa marketing dan ekspedisi yang kini tengah maju pesat, aku juga akan sangat terbantu. Mengapa? Karena Yanes menawarkan nominal gaji yang tertinggi kepadaku ketimbang para karyawannya yang lain. Dan menurut sobatku itu, pekerjaan yang akan menjadi tugasku nanti pasti dengan mudah bisa aku lakukan.
"Kak Yanes itu orang yang baik lho, Mas. Sangat beruntung Sampean punya sahabat seperti dia. Meski dia sekarang sudah sangat sibuk, tetapi dia masih memelihara silaturahminya dengan kita."
"Ya, memang!"
"Bukankah Kak Yanes adalah teman Mas yang paling banyak mau main ke rumah kita?"
"Ya, memang!"
"Mas punya banyak teman khan? Tapi mana ada yang sedekat dan sebaik dia? Pas kita adakah acara syukuran ultah tempo hari, mereka juga kita undang semua. Tapi yang datang hanya sedikit, khan? Untung Kak Yanes datang dengan membawa banyak anak buahnya. Bukan hanya datang, tapi memberi sumbangan lagi.... Â "
"Ya, memang!"
"Alasan utama keberatan Mas atas tawarannya itu apa sih?" desak istriku dengan mimik yang serius bagai seorang penyidik terhadap seorang terduga tindak pidana.