Sedangkan yang menarik, semua tujuh calon ketua umum (caketum) ILUNI UI dalam Pemila bersedia menjalani sesi pembacaan Human Design. Hasilnya cukup unik: empat caketum teridentifikasi sebagai Manifesting Generator, sedangkan caketum lainnya adalah Generator, Projector, dan Reflector. Menurut Ra Uru Hu (1992), Manifesting Generator biasanya digambarkan sebagai individu dengan energi besar, produktif, mampu bekerja paralel, dan bergerak cepat dalam mengeksekusi ide. Sebaliknya, Reflector merupakan tipe langka-hanya sekitar 1% populasi global-yang berfungsi seperti "cermin sosial", merefleksikan dinamika kolektif di sekitarnya, dan peka terhadap perubahan energi komunitas.
Dalam bingkai komunikasi politik alumni, informasi ini jelas menambah warna. Walaupun Human Design tidak memiliki validitas psikometrik setara dengan instrumen kepribadian mapan seperti Big Five Personality Traits (Costa & McCrae, 1992), ia dapat berfungsi sebagai storytelling device yang memperkaya narasi tentang gaya kepemimpinan. Penelitian tentang kekuatan narasi menunjukkan bahwa audiens lebih mudah terlibat secara emosional ketika pemimpin diperkenalkan melalui cerita personal daripada hanya melalui data kaku (Green & Brock, 2000). Maka tidak mengherankan bila penggunaan Human Design di KUMBA membuat diskusi terasa lebih cair, hangat, sekaligus menyenangkan, bahkan di tengah isu serius seperti pemilihan ketua umum.
Neurosains dan Kepemimpinan Alumni
Kepemimpinan dalam organisasi alumni seperti ILUNI UI dapat dibaca lebih mendalam menggunakan perspektif neurosains. Tidak seperti pandangan tradisional yang hanya mengandalkan kecerdasan intelektual, riset neurosains modern menekankan pentingnya integrasi fungsi kognitif, emosional, dan sosial dalam membangun kepemimpinan yang efektif (Boyatzis, 2018).
Forum KUMBA berperan layaknya ruang sinaptik di mana jejaring alumni terus memperkuat koneksi sosialnya. Seperti halnya otak manusia yang mampu beradaptasi melalui neuroplasticity (Doidge, 2007), jejaring alumni pun bertambah kokoh setiap kali terjadi interaksi lintas fakultas dan lintas generasi. Proses diskusi, berbagi pengalaman, dan menyusun strategi bersama di KUMBA menjadi stimulus yang memperkuat ikatan sosial sekaligus meningkatkan kapasitas kolektif organisasi.
Neurosains juga menegaskan pentingnya empati dalam kepemimpinan. Otak sosial (social brain) manusia berevolusi terutama untuk mengelola kompleksitas hubungan sosial, termasuk rasa kepercayaan, moralitas, dan ikatan emosional (Dunbar, 2009). Daniel Goleman (1995) melalui konsep emotional intelligence menegaskan bahwa pemimpin yang efektif harus mampu mengenali emosinya sendiri, memahami orang lain, serta mengelola interaksi dengan bijak. Dalam konteks ILUNI UI, hal ini penting karena anggota alumni berasal dari latar belakang yang beragam dengan kepentingan yang tidak selalu sama.
David Rock (2009) kemudian memperkuat pandangan ini dengan memperkenalkan SCARF model (Status, Certainty, Autonomy, Relatedness, Fairness). Model ini menjelaskan bahwa ketika pemimpin mampu menciptakan rasa status yang dihargai, kepastian yang jelas, otonomi untuk berpartisipasi, keterhubungan sosial, dan keadilan, otak anggota akan merespons secara positif, menumbuhkan kepercayaan dan kolaborasi. Sebaliknya, jika aspek ini diabaikan, otak cenderung memicu respons ancaman yang berwujud resistensi atau konflik.
Dengan kerangka ini, kepemimpinan alumni bukan lagi sekadar mengurus administrasi, melainkan seni mengelola social brain kolektif. Pemimpin ILUNI UI dituntut mampu menjaga keseimbangan antara inklusi, transparansi, keadilan, dan partisipasi. Jika berhasil, jejaring alumni bisa benar-benar menjadi powerhouse inovasi dan kolaborasi yang sejajar dengan prinsip neuroplasticity-semakin sering digunakan, semakin kuat dan adaptif jaringan itu berkembang.
Indikator Awal dari Data Digital
Selain diskusi konseptual, KUMBA juga menggunakan data digital untuk membaca arah dinamika Pemila. Dengan memantau interaksi di media sosial, forum ini berperan seperti laboratorium sosial digital yang bisa memberi gambaran awal tentang tingkat keterlibatan publik alumni.
Data faktual per 21 Agustus 2025 menunjukkan bahwa Caketum 7 unggul dalam hampir semua metrik digital. Jumlah penonton Reels Instagram-nya mencapai 4.113, Eflyer IG memperoleh 10.883 tayangan, dan YouTube views tembus 551. Angka ini kontras dengan kandidat lain yang sebagian besar masih berada di bawah capaian tersebut. Walaupun metrik ini bukan prediksi langsung hasil pemungutan suara, penelitian tentang kampanye digital menunjukkan adanya korelasi positif antara visibilitas daring dengan potensi dukungan, terutama dari kalangan pemilih muda yang aktif di media sosial (Enli, 2017; Vaccari, 2015).