Mohon tunggu...
Bambang Herutomo
Bambang Herutomo Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan dan mahasiswa S2 Teologi STT Jaffray Jakarta

Konsultan Pertambangan Batubara dan Mahasiswa S2 Teologi STT Jaffray Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gereja, Arti, dan Tujuan Menurut Alkitab

23 April 2019   21:09 Diperbarui: 30 Juni 2021   05:30 31315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Santa Theresia (Sumber: Kompas.com/Gabriella Wijaya)

Gereja tidak saja diartikan sebagai rumah peribadatan. Namun gereja juga memiliki arti dan tujuannya berdasarkan Alkitab.

Kata Church dalam Bahasa Inggris berhubungan dengan kata kirk dalam Bahasa Skotlandia dan kirche dalam Bahasa Jerman. Semua istilah ini berasal dari kata Yunani kuriakon. Bentuk ajektif netral dari kurios ("Lord"), berarti "dari Tuhan".

Istilah church juga diterjemahkan dari kata Yunani ekklesia, yang berasal dari kata ek, berarti "keluar dari," dan kaleo yang berarti " memanggil." Jadi gereja adalah "suatu kelompok yang dipanggil keluar."

Ekklesia

Tuhan Yesus adalah pertama kali memakai ekklesia dalam Perjanjian Baru, dan Ia memakai kata itu untuk menunjuk murid-murid yang ada bersama dengan Dia, Matius 16 : 8.

Dan para murid itu mengenal Dia sebagai Tuhan, serta menerima prinsip-prinsip Kerajaan Allah. Mereka adalah ekklesia dari Mesias, Israel yang sejati.

Pada masa berikutnya, sebagai hasil dari perluasan Gereja, kata ekklesia ini mendapat pemakaian yang lebih luas.

Gereja-gereja lokal didirikan di mana-mana, dan semua itu disebut sebagi ekklesiai, sebab mereka itu memanifestasikan Gereja Kristus yang Universal.

Kapan gereja dimulai? Meskipun sebagian menyatakan bahwa gereja sudah ada di Perjanjian Lama, suatu penyelidikan dari Perjanjian Baru mengindikasikan gereja adalah suatu lembaga tertentu yang tadinya belum ada. Di Matius 16:18, Yesus mengatakan "Aku akan mendirikan jemaat-Ku."

Baca juga: Gelar, Lambang dan Karunia Roh Kudus dalam Gereja

Mengindikasikan pembangunan gereja itu terjadi di waktu yang akan datang. Perkataan Yesus ini penting dan menekankan bahwa gereja belum ada pada waktu Yesus mengatakannya. Ia memprediksikan tentang pembangunan gereja-Nya di masayang akan datang.

1 Korintus 12:13, mengidentifikasikan bagaimana cara gereja dibangun adalah pekerjaan Roh Kudus dalam membabtis orang percaya kedalam Tubuh Kristus.

Pada saat regenerasi, Roh Kudus menempatkan orang percaya ke dalam satu kesatuan dengan Kristus.

Efesus 1:2-23, mengindentifikasi gereja sebagai Tubuh Kristus, menekankan kesatuan ini dengan Kristus bahwa pada saat pertobatan semua orang percaya dimasukkan kedalam Dia.

Di Kisah Para Rasul 1:5, Yesus menyatakan, " Tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."

Ini mengindikasikan bahwa pekerjaan Roh Kudus yang menempatkan orang Percaya ke dalam kesatuan dengan Kristus belum terjadi, tetapi diantisipasi secepatnya.

Konteks menjelaskan peristiwa dan mengindikasikan bahwa hal itu dimulai pada saat Pentakosta denganturunnya Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:1-4).

Pada waktu Petrus melaporkan apa yang telah terjadi di rumah Kornelius di Kaisarea, ia mengimdikasikan kepada orang Yahudi yang ada di Yerusalem bahwa Roh Kudus turun "pada mulanya" (Kisah Para Rasul 11:15).

Frasa ini mengidentifikasikan titik awal dari karya pembabtian oleh Roh Kudus dan kemudian mengidentifikasikan awal dari formasi gereja Perjanjian Baru. Gereja dimulai pada saat Pentakosta (Kisah Para Rasul 2).

Gereja dalam Perjanjian Lama

Tuhan mulai memanggil dan mengumpulkan umat-Nya tatkala Ia mendatangkan perseturuan antara ular dengan benih manusia.

Dengan perbuatan ini Tuhan tidak membiarkan saja akan pengaruh ular yang  tentu hanya akan merusak saja. Dan sejak itu pekerjaan pengumpulan gereja senantiasa dilanjutkan.

Akan tetapi iblis, yang selalu mengacau, juga mau mengacaukan pekerjaan Tuhan untuk mengumpulkan gereja ini.

Lagi pula iblis mempunyai kekuasaan atas manusia, oleh karena manusia telah memilih mengikut dia.

Perkataan Luther memang benar: " Di mana Tuhan membangun Gereja, iblis membangun sinagoge."

Dalam sejarah bangsa Israel kedua perbuatan ini terus-menerus tampak: perbuatan Tuhan mengumpulkan dan perbuatan iblis yang mengacaukan. Garis Habel dan Set selalu didampingi garis Kain dan Lamekh

Pekerjaan pengumpulan menjadi nyata sekali dalam panggilan Allah kepada Abraham. Abraham dijadikan bapa umat Israel, umat yang diistimewakan menjadi umat Tuhan.

Dan umat ini diistimewakan oleh Tuhan  dengan cara yang sungguh banyak. Allah memberikan firman-Nya melalui nabi-nabi dan penyair-penyair.

Allah memberi aturan-aturan yang menjadi upacara yang berbeda dari upacara bangsa-bangsa sekitar bangsa Israel.

Allah selalu memimpin dan mempertahankan dan menolong umat-Nya dalam kesukaraan. Pendek kata: teranglah bahwa umat Israel berada hanya oleh karena Tuhan.

Memang, seandainya yang membentuk umat Allah adalah orang-orang Israel, maka niscaya telah lama bangsa yang keras kepala ini lenyap. Akan tetapi, meskipun bangsa Israel penuh dengan dosa, namun dikumpulkan Tuhan, dipilih menjadi umat-Nya.

"Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan" (Keluaran 20:2).

Hanya oleh karena Tuhan-lah yang memulai, maka pekerjaan ini juga dapat langsung. Bangsa Israel tidak hancur diantara bangsa-bangsa sekitarnya tetapi tetap menjadi satu umat Tuhan.

Itulah kahaal, gereja Tuhan dalam perjanjian lama. Ciri-ciri dari kahaal ini adalah:

  1. Allah yang mengumpulkannya.
  2. Maksudnya ialah penghambaan terhadap Allah, bukannya untuk mencapai keuntungan manusia. Melayani segala manusia (Kejadian 12:3).
  3. Allah memberikan Firman-Nya dan sakramen-Nya.
  4. Sikap yang harus diambil oleh umat Israel ialah:percaya

Israel adalah lambang dan gereja Yesus Kristus. Bahkan bukan hanya lambang saja, melainkan bagian pertama dari gereja ini. Juga dasar dari pengumpulan umat Israel hanyalah Yesus Kristus.

Gereja dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru lebih teranglah bahwa alas dari Gereja adalah Yesus Kristus. Tuhan "memanggil" orang-orang, mengumpulkan mereka menjadi satu persekutuan, membentuk satu gereja; itu semua hanya berdasarkan perbuatan Yesus Kristus.

Diluar Kristus tidak ada alas ( 1 Korintus 3 :11).. Memang di luar Kristus tidak mungkin orang menjadi umat Allah, sebab di luar Kristus segala orang adalah berdosa dan oleh karena itu diancam hukuman. Hanya darah Yesus Kristus dapat menyucikan orang dari segala dosanya.

Adapun ciri-ciri gereja Perjanjian Baru, ekklesia, adalah sama dengan ciri-ciri gereja Perjanjian Lama( kahaal), yaitu :

1. Allah yang mengumpulkannya, bukan orang-orang, yang dengan sukarela berkumpul dengan alasan-alasannya masing-masing. Dasar telah diletakkan oleh Tuhan, yaitu Yesus Kristus. Atas dasar ini Tuhan mengumpulkan.

Bukan manusia yang menentukan , apakah gereja tetap gereja. Manusia malah bisa merusak gereja, hingga gereja merosot. (Wahyu 3 :16). Hal terakhir ini menunjukkan, bahwa perbuatan manusia memang penting. 

Allah memberikan keleluasaan kepada manusia hingga dapat merusak gereja juga. Maka orang harus terus merasakan tanggung jawab di dalam gereja. 

Allah memang tidak memperlakukan manusia seperti batu atau kayu, tetapi sebagai manusia, dengan akal budi, dengan kesadaran. Dan meskipun ada suatu gereja setempat yang merosot, tetapi gereja Yesus Krisus tetap ada.

Kita dihindari dari pandangan bahwa gereja adalah sama saja dengan perkumpulan-perkumpulan lain. Perkumpulan --perkumpulan lain didirikan oleh orang-orang, maka orang-orang juga berhak untuk membubarkannya dan untuk memilih perkumpulan lain yang dipandang bermanfaat baginya. Akan tetapi oleh karena Allah yang mendirikan gereja, maka orang tidak boleh dengan gampang meninggalkannya. 

Meskipun mungkin orang tidak puas dengan gerejanya, akan tetapi tetap ia tidak berhak untuk meninggalkannya. Ia harus ikut kesukaran-kesukaran di sini. Dan ia bertugas, untuk berusaha agar gereja dapat dibangun kembali. 

Kecuali kalau gerejanya tidak lagi merupakan suatu gereja, yaitu kalau gereja telah merosot menjadi semata-mata buatan manusia, pada saat yang demikian tentu tidak ada perintah Allah lagi, untuk tinggal tetap dalam gereja yang bukan lagi gereja dari umat Allah

2. Maksud gereja ialah : melayani Tuhan dalam karya-Nya menyelamatkan manusia.

Orang-orang percaya telah dijadikan pelita, agar menyinari orang-orang lain, hingga mereka memuliakan Allah (Matius 5:16).

Gereja adalah umat Allah agar "memberitakan segala perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia" (1 Petrus 2:9).

3. Allah memberikan Firman dan Sakramen kepada gereja. Firman Allah  di dalam gereja mempunyai fungsi istimewa, yaitu menjadi khotbah. Adakah khotbah itu Firman Tuhan?

Memang, tetapi bukan oleh karena kesalehan, kepandaian pendeta. Akan tetapi oleh karena Allah yang memberikan Firman-Nya kepada gereja.

Kitab suci harus menjadi sumber khotbah. Pendeta menjadi mulut Tuhan; ia dipanggil Allah sendiri untuk menjadi  pelayan firman Allah.

Dengan sendirinya  kita tidak lupa, bahwa pendeta adalah manusia, sehingga ia dapat mengganggu jalannya Firman Allah, bahkan ia dapat menentang Roh Suci.

Oleh karena itu ia dapat membiarkan kemauannya sendiri di dalam berkhotbah. Maka mungkinlah kita perlu mengadakan kritik. Dan segala kritik harus hanya keluar dari Firman Allah.

Sebaliknya pendeta harus terus awas. Jangan sampai ia mempergampangkan khotbah.

Celakalah pendeta yang tidak hormat akan panggilan Allah, yang tidak berbicara atas nama Allah akan tetapi atas namanya sendiri!

Sakramen adalah alat yang dipakai Tuhan untuk meneguhkan kepercayaan. Perkataan Sakramen telah dipakai oleh jemaat sejak abad yang pertama untuk mengatakan kumpulan orang yang diperbolehkan hadir dan turut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus dan waktu Baptis kudus dilayani.

Perkataan sakramen atau misterion itu artinya: hal yang tersembunyi atau hal yang dirahasiakan dan dikuduskan.

Perkumpulan jemaat pada waktu dulu itu memang dirahasiankan juga dan hanya dapat dihadiri oleh mereka yang dapat ambil bagian saja.

4. Sikap anggota gereja harus: kepercayaan. Ini berarti kita tidak boleh hanya memperhitungkan faktor-faktor kemanusiaan saja pada gereja.

Akan tetapi kepercayaan senantiasa memegang teguh, bahwa gereja tidak hanya oleh karena faktor-faktor manusia, justru faktor yang terutama ialah perbuatan Allah.

Sikap kepercayaan adalah penting sekali dalam segala hal mengenai kegerejaan.

Bagaimana sikap kita terhadap ketentuan-ketentuan gereja, terhadap pejabat-pejabat gerejani dan selanjutnya, hal ini ditentukan oleh kepercayaan kita.

Baca juga: Menjadi Gereja yang Memeluk Papua

5. Pengertian Gereja yang Kelihatan dan Gereja yang tidak Kelihatan.

Dengan singkat dapat dikatakan, bahwa arti sudut gereja yang kelihatan ialah gereja yang dapat saya indra berhubungan dengan tempat dan organisasinya.

Dan arti "sudut gereja yang tidak kelihatan" adalah gereja yang ada di dalam iman.

Dua sudut ini tidak bertindih tepat sama sekali. Kita tidak dapat melihat hati orang, maka kalau di antara anggota suatu gereja ada orang-orang yang hanya ikut-ikut saja, kita juga tidak mengetahuinya. Padahal mereka bukanlah anggota gereja yang percaya.

Lagi pula dari sudut gereja yang tidak kelihatan meliputi segala orang yang percaya akan Yesus Kristus, jadi juga zaman dan waktu yang di luar pengalaman kita pun juga yang mungkin tidak termasuk dalam suatu gereja yang berorganisasi.

Akan tetapi kedua sudut ini janganlah dipisahkan: kedua-duanya adalah sudut dari satu gereja, yaitu gereja Tuhan Yesus Kristus.

Akan tetapi seperti pada Perjanjian Lama bukannya segala orang Israel yang berasal dari bangsa Israel, jadi yang telah disunatkan dan selanjutnya, demikian juga bukan segala orang telah dibaptiskan itu sungguh-sungguh anggota gereja.

Satu-satunya norma disini ialah: adakah orang-orang itu mempunyai iman yang sejati? (Roma 9:6, bandingkan dengan Matius 3 : 9).

Para Reformator menekankan kepercayaan akan " satu gereja, yang kudus dan am." Jadi gereja yang demikian di atas dunia hanya  di dalam kepercayaanlah adanya. Di atas dunia ini masih banyak sekali pengaruh dosa. Maka di sini tidak ada gereja yang sempurna.

Gereja selalu harus bergumul dengan dosa. Oleh karena itu gereja di atas dunia juga disebut "ecclesia militans," gereja yang sedang perang.

Perang dengan kemunafikan;kesesatan, kemerosotan. Gereja Yesus Kristus selama berada di atas dunia tetap adalah gereja berdoa; oleh karena hanya dengan pertolongan kepala Gereja, Yesus Kristus, gereja akan menang dalam perang.

Saat kemenangan gereja ini menjadi sempurna, adalah ketika Kristus "menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tampa cacat atau kerut atau yang serupa itu" (Efesus 5:27). Pada saat itu gereja telah menjadi ecclesia triumphans, gereja yang menang.

6. Tujuan dari Gereja

Dua tujuan yang tidak dapat dikesampingkan dari gereja dapat dilukiskan seperti berikut ini: dikumpulkan, untuk melayani tubuh Kristus, dan tersebar, untuk melayani dunia.

Penting sekali untuk membedakan kedua tujuan ini. Di satu sisi, gereja berkumpul sebagai satu tubuh orang-orang percaya untuk saling melayani; dan disisi lain, gereja harus melayani orang tidak percaya di dunia dengan injil.

Kedua tujuan ini harus tetap dipisahkan: gereja melayani orang percaya dan tidak percaya.

Kumpul : Melayani Tubuh Kristus

Pengajaran. Kata mengajar sinonim dengan kata doktrin. Pengajaran adalah faktor penting dalam pendidikan, dan hal itu merupakan bagian vital bagi gereja Perjanjian Baru. 

Anggota-anggota gereja mula-mula dengan tekun mempelajari pengajaran para rasul ( Kisah Para Rasul 2:42). Mereka mengajarkan doktrin kebangkitan Kristus (Kisah Para Rasul 4:2); mereka mengajarkannya secara terus menerus, selama mereka memiliki kesempatan ( Kisah Para Rasul 5:21,25) sampai seluruh kota Yerusalem dipenuhi oleh pengajaran tentang Kristus dan penebusan-Nya ( Kisah Para Rasul 5:28). 

Inti dari pemberitaan mereka adalah bahwa Yesus sesungguhnya adalah Mesias (Kisah Para Rasul 5:42;17:3). Pengajaran kepada orang-orang yang baru percaya menghasilkan kedewasaan (Kisah Para Rasul 11:26;15:35). 

Tujuan dari pengajaran Paulus adalah untuk mendewasakan orang percaya dalam Kristus (Kolose 1:28); jadi, pengajaran merupakan praktik yang harus diteruskan pada generasi berikutnya ( 1 Timotius 2:2). Kegagalan untuk melakukan hal itu atau kegagalan untuk merespons pengajaran itu akan menghasilkan bayi-bayi rohani (Ibrani 5:12).

Persekutuan. Sebagai tambahan dari pengajran, gereja Perjanjian Baru memiliki karunia-karunia rohani lain untuk melayani tubuh Kristus. Relasi di antara tubuh Kristus ini terlihat dari istilah "satu sama lain" ( Roma 12:5,10,16; 13:8;14:13, 19;15:5,7,14). 

Hal itu juga menekankan pentingnya persekutuan dalam peretemuan gereja. Gereja yang berkumpul itu memiliki persekutuan dalam pertemuan gereja. Gereja yang berkumpul itu memiliki persekutuan dalam penderitaan (Kisah Para Rasul 4:23;5:41), persekutuan dalam kesatuan (Kisah Para rasul 2:46;4:31;Filipi 2:1-4), persekutuan dalam pelayanan ( Kisah Para Rasul 4:31), persekutuan dalam doa (Kisah Para Rasul 2:14,42;4:31; 12:5; 13:3; 16:25), persekutuan dalam Perjamuan Tuhan (Kisah Para Rasul 2:14), demikian pula persekutuan dalam perjamuan Kasih (Kisah Para Rasul 2:46). 

Menariknya, persekutuan ini diadakan setiap hari (Kisah Para Rasul 2:46). Persekutuan ini juga menuntut dukungan terhadap para janda, yatim piatu, dan orang-orang miskin di tengah keluarga itu (1 Timotius 5:8; Yakobus 1 :27).

Ibadah merupakan bagian intergral dari perkumpulan gereja. Banyak hal telah disebutkan sebagai refleksi dari ibadah (contoh Perjamuan Tuhan). Dari awal, doa adalah aspek penting dalam ibadah pada pada waktu gereja berkumpul. 

Pada waktu saudara seiman dalam kebutuhan, gereja berdoa (Kisah Para rasul 12:5,12). Pembacaan Kitab Suci juga merupakan bagian sentral dalam pertemuan gereja (Kisah para Rasul 4:24-26); 1 Timotius 4:13; 2 Timotius 3:15-17). 

Tidak diragukan lagi bahwa hal itu mengikuti pola ibadah sinagoge, dimana pembacaan dan eksposisi Kitab Suci ditekankan. Menyanyi merupakan bagian vital gereja mula-mula, yaitu ekspresi yang sejati dari ibadah (Kisah Para Rasul 16:25; iKorintus 14:26; Efesus 5:19; Kolose 3:16).

Disebarkan: Melayani Dunia

Gereja Perjanjian Baru tidak berusaha untuk menjalankan penginjilan di dalam ruang yang tertutup tetapi keluar ke dunia.

Dasar dari perintah untuk mengabarkan injil dunia adalah Matius 28: 18-20. Pekerjaan gereja di tengah dunia adalah untuk menjadikan murid (orang yang belajar), membabtis mereka, dan membawa mereka ke dalam persekutuan orang percaya. 

Baca juga: Menggerakkan Gerakan Oikumene Menuju Gereja yang Esa

Pelayanan penginjilan tidak hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, melainkan oleh semua orang percaya (Kisah Para Rasul 8:4).

Berita sentral yang diberitakan oleh gereja mula-mula adalah Kristus (Kisah Para Rasul 8:5,12,35; 9:20; 11:20); selanjutnya, mereka membawa berita mereka melewati batasan Yahudi, melewati batasan-batasan kultural yang kaku (Kisah Para Rasul 10:34-43;11:20;14:1). Hasilnya, banyak orang menjadi percaya ( Kisah Para Rasul2:41;4:4;5:14;6:1; 8:12;10:48;11:24;13:48;14:1,21).

Pertanyaan tentang natur dari injil telah lama diperdebatkan. Namun demikian, Perjanjian Baru sedikit sekali berbicara tentang tanggung jawab sosial di dunia. Galatia 6:10, menekankan tentang menolong saudara seiman; orang percaya juga harus " berlaku baik pada semua orang."

Dalam mempelajari berita Paulus di Kisah Para Rasul, penekanannya adalah pada percaya pada Yesus sebagai Kristus (Kisah Para Rasul 16:31).

Jadi, Paulus melukiskan esensi dari Injil di I Korintus 15:1-4, sebagai percaya pada kematian dan kebangkitan Kristus.

Kesimpulan : 

Gereja adalah kumpulan umat yang dipanggil oleh Allah dan telah mempunyai iman kepercayaan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juru selamat manusia satu satunya melalui kematiannya, kebangkitannya.

Tujuan gereja sendiri adalah untuk membentuk persekutuan umat Allah, memuliakan Allah melalui ibadah, mendewasakan umat Allah melalui pengajaran-Nya yang bersumber dari Firman Tuhan dan tugas penginjilan ke seluruh dunia sehingga semakin banyak orang yang terpanggil sebagai umat Allah.

Buku referensi :

1.Moody Handbook of Theologi ditulis oleh Paul Enns

2.Teologi Sistematika Jilid 5 : Doktrin Gereja ditulis oleh Louis Berkhof.

3.Ikhtisar DOGMATIKA ditulis oleh Dr.R.Soedarmo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun