Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Buruh - abahnalintang

Memungsikan alat pikir lebih baik daripada menumpulkan cara berpikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyempurna Dosa

21 November 2020   13:49 Diperbarui: 21 November 2020   13:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maaf ya. Aku ga ngerti bisa seterbuka ini kepada orang yang baru saja aku temui," ungkap Zeta.

Usai itu ia tiba-tiba menatap wajah Roni dengan dalam. Sehingga terlontar pernyataan yang membuat Roni tak berdaya guna menolak apapun yang dilakukan. Larut dan semakin tak berdayaguna saja Roni di hadapannya.

"Ajari aku cinta, Ron!" tegas Zeta kepadanya.

Begitu lahap Zeta melucuti pakaian yang dikenakan Roni. Pelukan hangat tak henti dihidangkannya. Bahkan dengan penuh keyakinan, kosong dari keraguan Zeta bersetubuh di pagi hari dengan Roni. Sementara di tengah peluk, cumbu yang lahap, Roni masih saja diselimuti dengan rasa ragu yang sudah bergeser menjadi setengahnya.

"Begitu tangkasnya kau memainkan tubuhku, Zet?" gumam Roni dalam lirih lahapan dekapan Zeta.

Setelah kejadian pelucutan dengan pelukan  penuh tulus itu, kini tinggallah Roni dalam sejuta penyesalan. Hati yang lara, kalbu yang sunyi, perasaan yang nestapa menjadi karib keseharian dirinya.

"Aku tak tahu, di mana kau sekarang, dan kau pun tak tahu di mana aku? Satu yang kuingat, setelah kugadaikan keperjakaan padamu, kau berucap, jangan hancurkan hidupmu dengan mengumbar birahi kelelakianmu. Zeta, maafkan aku!" Roni berdialog dalam dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun