Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyi Sunyi Intoleransi

20 Maret 2018   10:50 Diperbarui: 20 Maret 2018   10:55 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiba-tiba kangen kata intoleransi
Entah dimana dia sembunyi
Biasanya dalam situasi seperti ini
Mulut-mulut berbusa menyemburkan kata intoleransi
Kok mendadak sepi?

 Aku bermimpi
Bertemu Intoleransi bersembunyi di sebuah rumah tua  di tengah belantara hutan kata-kata
Ini bukan mimpi biasa
Setelah dua hari mencari, akhirnya ketemu juga
Wajah Intoleransi tidak seperti biasa, agak kumal seperti tidak mandi tiga hari

 Aku bertanya, " kenapa bersembunyi? "

 " Aku diusir," jawabnya. " Aku salama ini nyaman di tenggorokan mereka.  Dirawat dengan basah air liur yang lezat. Aku dimanja, aku bebas keluar  masuk ke mulut mereka. Aku sering diucapkan kapan saja aku suka. Satu  peristiwa sepele saja, aku bisa menari-nari seharian di mulut mereka."

 " Sekarang bagaimana? "

 "Entah kenapa, mereka memborgol tanganku, melakban mulutku, padahal aku  ingin sekali berkata hal yang sama. Aku berhasil melepaskan diri  bersembunyi di sini. Sekarang walaupun kau paksa mereka mengucapkan kata  intoleransi mereka tidak akan bisa."

 " Bagaimana kalau sekarang kau aku beri tempat di tenggorokanku saja? "

 " Apa bisa? Aku malu. Selama ini aku bernyanyi, menari, mengejekmu.  Lagipula aku kasihan kepadamu. Kau tidak berbakat mengucapkan kata itu.  Malah bisa berbalik, kau bisa dituduh intoleran."

 "Kok bisa begitu? "

 " Jangan kura-kura dalam perahu, kau pasti juga tahu. Aku ahlinya, percayalah. "

 " Sampai kapan kau akan bersembunyi? "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun