Mohon tunggu...
Nurul Bayti
Nurul Bayti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Hutang Menggunung, Rakyat Menanggung

3 April 2018   05:11 Diperbarui: 3 April 2018   05:24 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
grafis: rumah syariah

Bagi individu, ketika berhutang dianggap sebagai penyemangat hidup. Dampaknya banyak orang yang mengambil hutang, sesuai dengan anggapan mereka. Untuk menyemangati hidup. Namun ketika individu itu membangun perbuatannya atas persepsi yang benar, bahwa hutang akan dilakukan ketika kondisi "terpaksa" maka mereka tidak akan memaksakan diri untuk berhutang. Kadang terpaksa dalam kacamata induvidu berbeda-beda.

 Nah inilah yang harus disamakan, bahkwa terpaksa maknanya ketika tidak berhutang akan menghantarkan pada kondisi antara hidup.dan mati.

Nah, bagaimana kalau yang berhutang pihak negara. Cara berpikir benar, seharusnya dimiliki oleh penguasa. Jangan membangun amal, atas persepsi. Apalagi membuat kebijakan atas pijakan persepsi. Ketika mengatakan bahwa Indonesia tidak akan bisa membangun sarana dan infrastrukturnya kalau tidak berhutang. Ini adalah persepsi. 

Akan sangat keliru, ketika persepsi ini membuahkan kebijakan dengan memperbanyak hutang, bahkan berhutang untuk kebutuhan jangka panjang. Padahal hutangnya negara selalu "berbunga" dan jumlah hutangnya sampai ribuan trilyun, lantas berapa bunganya yang harus dibayar setiap bulan? Pasti angkanya sangat fantastis.

Menyibak Hutang = Modus Intervensi

No free lunch, tidak ada makan siang gratis. Semboyan ini serasa biasa dalam kehidupan demokrasi ini. Apalagi dalam hal bantuan (baca : hutang). Bahkan menumpuknya hutang sampai tidak terkendali, menjadi alat jitu bagi negara yang menghutangi untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri. 

Iya, hutang bisa menjadi modus untuk intervensi bahkan modus penjajahan ekonomi suatu negara. Banyak kebijakan-kebijakan negara yang diambil karena intervensi. Kebijakan menaikkan pajak, dampak dari hutang negara. Kenaikan BBM, ini juga dampak dari utang. Dan kebijakan-kebijakan lainnya yang dibuat negara, semata untuk menggenjot APBN negara. Ketika negara ini kaya, kenapa harus berhutang? Ketika negera ini sumberdayanya melimpah, kenapa mau untuk hutang?

Dalam islam hutang tidak akan dilakukan ketika negara memiliki kekayaan alam yang melimpah. Negara akan mengatur masalah kepemilikannya dan pengelolaan kepemilikan. Ada tiga macam  kepemilikan dalam Islam : kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. 

Membiarkan individu untuk memiliki barang yang boleh dimiliki oleh individu secara syariat. Adapun kepemilikan umum, menjadi milik umum (milik rakyat) yang pengelolaanya dilakukan oleh negara. Barang/sumberdaya alam yang menjadi milik umum, tidak boleh dikuasai oleh individu/kelompok, baik perusahaan swasta atau luar negeri. Kepemilikan negara, menjadi kewajiban negara untuk mengelolanya.

Hutang menumpuk, rakyat kena timpuk. Hutang menggunung, rakyat yang menanggung. Hakekat hutang yang dilakukan oleh negara, ya rakyat pastinya yang menanggungnya. Kalaupun alasan negara ketika berhutang untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, ini alasan semu. 

Alasan yang mengada-ada. Karena realitanya, rakyat malah menanggung beban hutang itu. Rakyat malah tambah terhimpit, akibat hutang yang melangit. Sebagai solusi atas permasalah hutang, iya kembali kepada sistem yang shohih yaitu sistem Islam yang menyejahterakan rakyat.wallahu a'lam

tangkapan layar indonesiabertauhid (instagram)
tangkapan layar indonesiabertauhid (instagram)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun