Teruntuk kamu, teman-teman Panitia penyelenggara even akbar PISMA UNWIRA 2018. Sungguh sangat disadari bahwa dihadapan waktu kita adalah fana. Mengekal di bawah kolong langit ini bukanlah hakikat kita manusia. Entah kapan dan di mana, yang pastinya suatu saat kita akan pergi meninggalkan segalanya.
Sebelum segalanya berlalu, izinkan saya mengekalkan tapak kenangan akan kebersamaan dan perjuangan kita menyukseskan even akbar Pekan Ilmiah dan Seni Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira 2018. Mungkin saja, suatu saat ketika ingatan kita melemah dan cerita tentang PISMA tidak lagi membekas, coretan sederhana ini bisa menjadi catatan sejarah di diary hidup kita masing-masing.
Beruntung teman-teman Senat Mahasiswa punya daya juang ekstra. Diskusi mengenai PISMA tidak saja terjadi di kampus tapi juga di kos, warung kopi, dan sampai di jagat maya. Tak tanggung-tanggung diskusi hingga larut malam, makan ala kadarnya dan bahkan harus absen kuliah. Intensi kita satu, PISMA harus terlaksana karena kita cinta UNWIRA.
Tentu selama PISMA ada banyak dinamika yang telah kita lewati bersama. Ketegangan konseptual, emosional atau mungkin fisik pasti ada. Tidak jadi soal. Wajar dan bahkan perlu mengingat kita bukan robot tapi manusia kaya cara, gaya, pola pikir dan pola tindak yang tentu berbeda satu sama lain. Pantha Rei -- hidup senantiasa mengalir dan tidak pernah tinggal tetap.
Spirit pendidikan UNWIRA bukan berorientasi kapitalis tapi hati. Dengan hati kau akan mampu berempati dan turut merasakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan banyak pihak. Keterlibatan dan totalitasmu di even ini menjadi bukti bahwa hati selalu mempunyai alasan yang tidak dipahami akal, demikian kata Blaise Pascal.
Bisa dipahami kalau banyak yang berharap, usai kegiatan ini panitia boleh bubar tapi jangan kebersamaan. Bukan karena kesepian harapan ini diutarakan. Terserah, masing-masing menginterpretasi seperti apa, yang pasti bahwa semua menginginkan hal serupa.