Mohon tunggu...
Baldus Sae
Baldus Sae Mohon Tunggu... Penulis - Dekonstruktionis Jalang

Pemuda kampung. Tutor FIlsafat di Superprof. Jurnalis dan Blogger. Eks Field Education Consultant Ruangguru. Alumnus Filsafat Unwira. Bisa dihubungi via E-mail baldussae94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekelumit Kisah Bersama PISMA (Part. I)

30 April 2018   23:48 Diperbarui: 30 April 2018   23:52 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teruntuk kamu, teman-teman Panitia penyelenggara even akbar PISMA UNWIRA 2018. Sungguh sangat disadari bahwa dihadapan waktu kita adalah fana. Mengekal di bawah kolong langit ini bukanlah hakikat kita manusia. Entah kapan dan di mana, yang pastinya suatu saat kita akan pergi meninggalkan segalanya.

Sebelum segalanya berlalu, izinkan saya mengekalkan tapak kenangan akan kebersamaan dan perjuangan kita menyukseskan even akbar Pekan Ilmiah dan Seni Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira 2018. Mungkin saja, suatu saat ketika ingatan kita melemah dan cerita tentang PISMA tidak lagi membekas, coretan sederhana ini bisa menjadi catatan sejarah di diary hidup kita masing-masing.

foto arsip
foto arsip
PISMA dalam kalendarium kerja Senat Mahasiswa periode 2017/2018 sudah diagendakan sejak rapat kerja perdana pasca pelantikan. Namun format kegiataannya seperti apa, masih di luar bayangan. Benar bahwa PISMA sudah pernah diadakan beberapa kali di UNWIRA, tapi boleh dibilang untuk kali ini, semuanya harus dimulai dari nol. Optimisme dan semangat juang, itu modal dasar kita.

Beruntung teman-teman Senat Mahasiswa punya daya juang ekstra. Diskusi mengenai PISMA tidak saja terjadi di kampus tapi juga di kos, warung kopi, dan sampai di jagat maya. Tak tanggung-tanggung diskusi hingga larut malam, makan ala kadarnya dan bahkan harus absen kuliah. Intensi kita satu, PISMA harus terlaksana karena kita cinta UNWIRA.

Tentu selama PISMA ada banyak dinamika yang telah kita lewati bersama. Ketegangan konseptual, emosional atau mungkin fisik pasti ada. Tidak jadi soal. Wajar dan bahkan perlu mengingat kita bukan robot tapi manusia kaya cara, gaya, pola pikir dan pola tindak yang tentu berbeda satu sama lain. Pantha Rei -- hidup senantiasa mengalir dan tidak pernah tinggal tetap.

foto arsip
foto arsip
Sulit rasanya membayangkan kesuksesan acara ini tanpa soliditas dan pengorbanan ekstra darimu semua. Para kapitalis pasti tertawa terbahak-bahak menyaksikan pengorbananmu. "Untuk apa kau sibuk urus itu kalau makan saja hanya roti lucu-lucu versi kaka Dope, sementara isi dompetmu terus menipis?" Satu hal yang perlu kau tahu bahwa pengalaman, kebersamaan dan persaudaraan jauh lebih penting dari materi.

Spirit pendidikan UNWIRA bukan berorientasi kapitalis tapi hati. Dengan hati kau akan mampu berempati dan turut merasakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan banyak pihak. Keterlibatan dan totalitasmu di even ini menjadi bukti bahwa hati selalu mempunyai alasan yang tidak dipahami akal, demikian kata Blaise Pascal.

Bisa dipahami kalau banyak yang berharap, usai kegiatan ini panitia boleh bubar tapi jangan kebersamaan. Bukan karena kesepian harapan ini diutarakan. Terserah, masing-masing menginterpretasi seperti apa, yang pasti bahwa semua menginginkan hal serupa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun