Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

49 Hari Setelah Pengumuman Pemindahan Ibu Kota Negara

24 Agustus 2019   01:26 Diperbarui: 27 Agustus 2019   18:06 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau dengan kata lain, kehadiran Wadian di Istana adalah wujud lain pesan metafisik kekurangsetujuan atas pemindahan Ibu Kota ke Borneo. Justru Wadian menghendaki jika masih bisa sembuh lakukanlah rekonsiliasi batin, jiwa raga kota yang sudah ada.

Makna [2] Penari Tertua di antara Tim Tari Hyang Dadas bernama Russella Narpan Apoi: simbol penari yang merepresentasikan gerak, dengan tidak membawa batang daun atau pohon atau ranting hidup. Tetapi justru tameng menghindari musuh perang. Membawa api ["Apoi"] simbol kemarahan, pada ketidaktahuan atau ketidakpahaman umat manusia. 

Jika membawa daun atau ranting atau hanjuang hidup, maka ada potensi pemindahan IKN bisa sukses dalam skala berabad-abad, misalnya, 490 tahun lagi atau abadi. Tetapi sayang simbol tersebut tidak ada, maka saya prihatin.

Atau makna lain supaya lebih banyak bahwa jika mau memindahkan IKN maka jangan ceroboh, jangan asal-asalan, ini perkara besar, dan tidak seperti membangun jembatan atau jalan tol atau bendungan.

Muruah negara menjadi pertimbangan harus melibatkan banyak aspek: lengkap, penuh, dan jangan gegabah. Api simbol cahaya terang akal budi yang paripurna.

Makna [3] kehadiran Hiyang Wadian dengan menginjak dan membawa 3 buah Gong adalah simbol 3 provinsi di Pulau Borneo. Untuk memberikan sinyal metafisik di Istana Negara menjawab pertanyaan mau ke Borneo mana IKN dipindahkan. 

Jika Kalimantan Timur ada wangsa Kudungga atau Tanah Hukum Karma, maka sudah seharusnya kita untuk jujur. Jika tidak jujur habis bangsa ini. Itu isi sumpah Kudungga (ingat 7 prasati Kutai Kartanegara, dan 7 tahun sejak dibukanya Taman Nasional Bukit Soeharto; 7 tahun kemudian di hari yang sama beliau lengser dari tahta).

Lalu apabila ke Kalimantan Tengah di situ ada pusat Kekusaan Tombang Anoi (simbol keberanian yang mematikan namun sedang tidur atau semacam singa tidur). Apakah ingat 1 juta hektare lahan gambut yang gagal total di Kalteng?

Namun bila ke Kalimantan Selatan, di sini sayangnya, lebih tidak cocok secara metafisik. Lagu Hiyang Wadian Nansarunai Usak Jawa masih terus berbunyi di sini atau dengan kata lain tidak kondusif secara sejarah, ada luka batin alam bawah sadar yang belum dipulihkan. 

Maka memindahkan IKN pada 3 provinsi tersebut sesungguhnya secara metafisik dalam jangka panjang, secara simbol, bermakna gong kematian atau kegagalan [mohon maaf]. Bisa dipindahkan tetapi sayangnya syaratnya tidak dipahami, iya bisa terjadi reinkarnasi Hambalang Jilid 3.

Tulisan ini bukan kritik semata-mata tetapi dapat dilihat pada partisipasi publik agar negara tidak jatuh dalam kesalahan yang mestinya tidak boleh terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun