Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Riset Filsafat Hermeneutika Bidang Audit [2]

10 Desember 2018   20:55 Diperbarui: 10 Desember 2018   20:59 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riset Filsafat Hermeneutika Bidang Audit [2]

Pada bagian gambar ini   dijelaskan sebagai berikut: (1) pengalaman pribadi subjek, pada tahap kembali menjadi eksistensi final ketika kematian subjek atau kepailitan perusahaan maka elimniasi dan dominasi menjadi bertemu menjadi pusat akhir tujuan pembaca (reader) dan pengarang (author) atau dalam kesadaran suara hati, maka akan memunculkan pengalaman pribadi. 

Bagi setiap peran yang kita tampilkan dalam berinteraksi dengan orang lain, kita mempunyai definisi tentang diri kita sendiri yang berbeda dengan diri orang lain, dinamakan "identitas". Umumnya paling sedikit ada dua bentuk peniruan, satu didasarkan pada kebiasaan subjek dan yang lainnya didasarkan pada wawasan subjek atas diri kita sendiri dan atas subjek lain yang perilakunya kita tiru, 

(2) Prasangka, Dan Persepsi, merupakan interaksi, di mana hubungan di antara gerak-isyarat (gesture) tertentu dan maknanya, mempengaruhi pikiran pihak-pihak yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi ini,  gerak-isyarat yang maknanya diberi bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam interaksi adalah merupakan "satu bentuk simbol yang mempunyai arti penting" ( a significant symbol").

Kata-kata dan suara-lainnya, gerakan-gerakan fisik, bahasa tubuh (body langguage), baju, muka, kaki, tangan, hidung,  status, kesemuanya merupakan simbol yang bermakna. Kondisi ini menunjukan adanya proses mental dalam diri seseorang sebelum melakukan tindakan. Dalam tahap ini manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mengalihkan informasi. 

(3) Retropeksi, bersifat "mistik", "mentalistik", dan "subyektif". Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang "dapat diamati" (observable), yaitu pada "apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings)".  Intropeksi sendiri ialah suatu observasi atau suatu studi yang sengaja di lakukan dengan secara sistematis terhadap proses atau gejala psikis pada diri sendiri,atau pada umumnya kita sebut merenung atas sesuatu hal yang tanpa di sadari sering membuat kesalahan pada diri kita. 

Memang intropeksi sangatlah sulit dilakukan akan tetapi dengan latihan dan sebagainya kita juga dapat mencapai hasil yang cukup dapat di pertanggungjawabkan, meskipun demikian ada beberapa orang yang mengemukakan keberatan-keberatan terhadap intropeksi ini,seperti: (1) Comte: Menganggap intropeksi tidak mungkin di lilakukan karena tidak mungkin dapat menghayati suatu proses dan mengamatinya seketika itu juga,jadi seolah-olah kita membagi diri dalam dua bagian yang menghayati dan sebagian lagi yang mengamati, 

(2)  Wundt: lebih menyetujui dengan menggunakan istilah retropeksi karena apa yang di katakan Comte itu benar, melakukan pengamatan diri seketika dengan penghayatan suatu proses jiwa tidaklah mungkin.yang mungkin ialah kita meninjau kembali apa yang telah kita hayati itu, (3) Stera: eskipun intropeksi memang diakui banyak manfaatnya,karena hasil daripadanya dapat diperiksa kembali dengan metode-metode lain,akan tetapi ia juga mengemukakan keberatan-keberatan.

 (4) Logika: Ruang Waktu, berupa tindakan, pikiran, impian, harapan, atau apapun, kesemuanya itu merupakan fungsi dari "medan" field" atau "ruang kehidupan" - life space.  individu dan lingkungan dipandang sebagai sebuah konstelasi yang saling tergantung satu sama lainnya. Artinya "ruang kehidupan" merupakan juga merupakan determinan bagi tindakan, impian, harapan, pikiran seseorang. Lewin memaknakan "ruang kehidupan" sebagai seluruh peristiwa (masa lampau, sekarang, masa datang) yang berpengaruh pada perilaku dalam satu situasi tertentu. 

(5) Dialog, maknanya adalah dalam pemikiran perspektif konflik menekankan pada adanya perbedaan individu dalam mendukung suatu sistem sosial maka diperlukan dialog. Menurut perspektif ini masyarakat terdiri dari individu yang masing-masing memiliki berbagai kebutuhan (interests) yang sifatnya langka. Keberhasilan individu mendapatkan kebutuhan tersebut berbeda-beda, karena kemampuan individu berbeda-beda maka akan muncul persaingan untuk mendapatkan kebutuhan memicu munculnya konflik dalam masyarakat. Perspektif konflik menitikberatkan pada konsep kekuasaan dan wewenang yang tidak merata pada sistem sosial, sehingga menimbulkan konflik. Tugas pokok analisis hermeneutika adalah meminimalkan konflik laporan keuangan dalam  mengidentifikasi berbagai peranan kekuasaan dalam masyarakat. 

(6) Asosiatif di mana individu akan mengorganisir pikiran-pikiran dalam kerangka "sebab dan akibat". Agar supaya bisa meneruskan kegiatan kita dan mencocokannya  dengan orang-orang di sekitar kita, kita mentafsirkan informasi untuk memutuskan penyebab perilaku kita dan orang lain. Atau disebut konsep "causal attribution" - proses penjelasan tentang penyebab suatu perilaku. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bedakan dua jenis penyebab, yaitu internal dan eksternal. Penyebab internal (internal causality) merupakan atribut yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau personal, dan penyebab external (external causality) terdapat dalam lingkungan atau situasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun