Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heidegger dan Hermeneutika Ontologis (7)

21 Juni 2018   20:12 Diperbarui: 21 Juni 2018   21:05 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Martin Heidegger, dan Hermeneutika  Ontologis (tulisan 7)

Pada tulisan ke 7 adalah membahas kontribusi dan implikasi Martin Heidegger pada hubungan keberadaan dan ketidakberadaan,  dan bagimana kondisi ini dapat muncul, sebagai manusia pembawa pesan, dan pengungkap keberadaan. Pada umumnya sesuatu pengetahuan (manusia berpengetahuan)  atau seorang penyair besar dan sastrawan banyak hal yang masih disembunyikan, dan bahkan tidak dibicarakan atau diselubungi. Atau selaras dari pengungkapan orisional harus sengaja yang disembunyikan, dan yang diilhami. Tentu untuk memahami [keberadaan] untuk membuka diri.

Kritik Heidegger pada pemikiran metafisik Barat dapat dikatakan sebagai berikut..... akhirnya hakekat ide terletak dalam penampakan dan visibilitasnya. Ini membawa kehadiran sepenuhnya akan "apa itu sesuatu". Dalam keberadan apa sesuatu itu ia Nampak dalam keberadannya. Bagaimanapun juga  menjadi [ada]  dilihat  sebagai hakekat keberadaan. 

Atas alasan ini lah maka keberadaan bagi teori Platon memiliki  memiliki hakekat otentisitasnya dalam keberadaan apa. Terminiologi  selajutnya bahwa  'quidditas'  merupakan esse [ada] yang sebenarnya. Essenstia dan bukan existentia.  Jadi apa yang hendak digiring  dalam pandangan sebagai "ide" bagi sang kontemplator adalah pengungkapan sesuatu sebagaimana penampakannya. 

Jadi, apa yang diungkapkan dari sesuatu itu adlah dari awalnya dan hanya diperoleh sebagai yang diketahui ketika kita mengetahui ide tentang sesuatu, apa yang diketahui dalam tindakan mengetahui.

Maka untuk antithesis kritik tersebut Martin Heidegger menulis karya dalam Introduction to Metaphysics menjelaskan hubungan [keberadaan, sejarah, dan diri sendiri] diungkapkan dengan ringkas sebagai berikut: 

(a) kepastian hakekat manusia tidak pernah merupakan sebuah jawaban, namun sebuah persoalaan, 

(b) mempertanyakan persoalan ini bersifat historis dalam makna fundamental bahwa [mempertanyakan] inilah yang awalnya membuat sejarah, 

(c) hanya keberadaan mengungkapkan dirinya dalam pertanyaan sejarah terjadi dan mempertanyakan keberadaan manusia,  

(d)  hanya dengan mempertanyakan keberadaan historis manusia hadir ke dalam dirinya; dengan cara itulah menjadi dirinya. Pribadi manusia bermakna berikut; harus ditransformasikan keberadaannya yang mengungkapkan keberadaannya tersebut kepada dirinya ke dalam sejarah, dan membawa diri manusia itu sendiri untuk tegak didalamnya.

Martin Heidegger menyatakan ["manusia adalah seorang gembala keberadaan"]. Menyatakan  ["manusia sebagai gembala keberadaan"] panduannya mengacu pada term berpikir dan puitisisasi dalam karakternya masing-masing. Maka manusia sebagai gembala keberadaan akan kehilangan Prometeusisme atau pujian dalam manusia, bagi Heidegger, maka kita seharusnya tidak melalukan sesuatu, tapi justru menunggu. Menunggu inti paling dalam dalam diri manusia, dimana setiap sesuatu yang masih harus dipikirkan tersembunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun