Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengaruh Agama Kristen Terhadap Perubahan Budaya Tato dan Telinga Panjang di Kalimantan Utara

16 Maret 2024   12:46 Diperbarui: 19 Maret 2024   01:36 2806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi jalanan menuju Desa Sungai Urang (Dokpri)

Seorang dukun menjadi penanggung jawab dalam prosesi tersebut, ia akan menyediakan motif khusus untuk perempuan bangsawan tersebut. Selain membuat tato, dukun juga membaca mantra aga tato yang ia buat tidak busuk. Sejumlah pantangan wajib di jalani dalam pembuatan tato, jika melanggar, diyakini tato tersebut tidak akan jadi. Dari motif tato dapat menjadi pembeda, antara perempuan keturunan bangsawan atau bukan.

Proses pembuatan tato memakan waktu selama dua hari. Lem Dungau mengaku kesakitan dan hampir menyerah, terutama saat pembuatan tato di paha. Kala itu, proses pembuatan tato masih menggunakan cara tradisional, yang mana peralatannya kayu sepanjang 30 cm, yang ujungnya terdapat sebuah jarum. Sudah pasti terbayang rasa sakit yang dirasakan oleh Lem Dungau.

"Sakit," Celetuk Lem Dungau.

Emi (Kanan) mendampingi Lem Dungau (Kiri)
Emi (Kanan) mendampingi Lem Dungau (Kiri)

Pengaruh Agama Kristen

Lem Dungau (Dokpri)
Lem Dungau (Dokpri)


Lem Dungau merupakan generasi terahkir "Telinga Panjang dan Tato". Hal itu disebabkan masuknya agama kristen ke pedalaman Kalimantan. Sebelum memeluk agam kristen protestan, Lem Dungau dahulunya menganut kepercayaan Bungan Malan.

Kepercayaan Bungan Malan adalah bentuk kepercayaan tradisional yang dipraktikkan oleh suku-suku Dayak di Kalimantan, termasuk suku Dayak Kenyah yang merupakan salah satu kelompok etnis di Kalimantan Utara. Hal ini mengacu pada serangkaian kepercayaan, ritual, dan tradisi yang berkaitan dengan kesejahteraan, kesuburan, dan hubungan dengan alam semesta.

Kepercayaan Bungan Malan melibatkan berbagai praktik spiritual dan keagamaan yang dijalankan oleh para pemuka adat atau dukun dalam masyarakat Dayak. Ritual-ritual ini sering kali melibatkan pemujaan terhadap roh-roh leluhur, penghormatan terhadap alam, dan upacara-upacara yang bertujuan untuk memperoleh berkah dan perlindungan dari kekuatan gaib.

Meskipun kepercayaan Bungan Malan telah lama menjadi bagian integral dari budaya dan identitas suku Dayak, seiring dengan masuknya agama-agama dunia seperti Kristen, Islam, dan lainnya, banyak anggota masyarakat Dayak yang beralih ke agama-agama tersebut dan meninggalkan praktik-praktik kepercayaan tradisional seperti Bungan Malan. Hal ini merupakan salah satu contoh dari perubahan budaya yang terjadi di kalangan masyarakat Dayak, di mana pengaruh agama memainkan peran penting dalam mengubah pola pikir dan praktik kehidupan sehari-hari mereka.

Setelah masuknya agama kristen, tradisi unik tersebut mulai ditinggalkan karena hal tersebut bertentangan dengan alkitab. Tradisi Telinga Panjang dan tato dinilai tidak relevan dengan agama tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun