
Segera ku balikkan badan ini dengan cepat lalu ku ayunkan tangan kananku untuk berjabat tangan kepada bapak itu sebagai tanda perkenalanku.
"Permisi pak, mohon maaf saya masuk ke tempat ini tanpa sepengetahuan bapak, saya dari tanjung selor. Saya seorang kurir pak, tujuan saya kesini hanya untuk melihat-lihat keadaan sekitar sambil memfoto sekeliling tempat ini pak," Ungkapku dengan semangat.
Sambil tertawa kecil si bapak mempersilahkan saya, sambil bapak itu menaruh padi yang baru saja dia petik di sebuah tempat yang sudah di gelarnya sebelumnya.
Tak lama berselang, seorang ibu yang terlihat tersenyum saat melihatku, dengan perlahan dia menaruh tas punggung tradisional yang berasal dari rotan yang merupakan ciri khas suku dayak yang mendiami daerah tersebut lalu duduk santai.Â
Segera kuayunkan lagi tangan kananku untuk berjabat tangan kepada ibu tersebut. Dia hanya tersenyum melihat ku,
Terlihat si bapak sedang menuangkan kopi yang baru saja dibuatnya. Nampak terlihat 2 gelas kopi hitam yang terlihat dari gelas kaca bening dengan kebulan asapnya.
"Kopi pak, yang ini buat bapak." (sambilku Tertawa dalam hati, bapak ini memanggilku dengan panggilan bapak)
Sambil menaruh kopi panas itu disebuah kayu yang dia jadikan meja, "Uhuk, uhuk, minum dulu," Kata si ibu.
"Waduh pak, bu, terimah kasih banyak, saya sudah dibikinkan kopi, kataku."
Tanpa malu-malu langsung saja ku seruput kopi hitam itu. Karena budaya lokal sempat sangat senang bila pemberiannya diterima dengan senang hati.Â
Segera kuawali pertanyaan kepada mereka, karena menurutku tidak ada yang kebetulan dunia ini. Bagiku, ini adalah kesempatan emas untuk bisa mendengarkan informasi langsung mengenai rumah adat tersebut.