Cinta itu seringkali bersemi di dalam masjid dan di pelatarannya. Manakala ijab kabul terucap begitu saja, maka bahagia dalam cinta semerbak tak hingga. Namun, itu hanyalah kilasan masa ke masa sebelum dan sesudah Ramadan. Cinta mereka yang menikah di sini semoga berkah dan cinta yang kini hadir selama bulan puasa bahkan lebih dari itu.
Iktikaf -- berdiam diri -- di dalam masjid tampak jelas sekali. Saya tidak bisa menafikan orang yang lalu-lalang di halaman pagi itu -- dan pagi-pagi lain yang lewat dan akan datang. Mereka membawa senyum dalam bibir yang tidak basah. Mereka membawa harapan untuk ketenangan selama Ramadan. Mereka memanjatkan doa untuk kedamaian hati dan jiwa dalam masa depan panjang.
Begitulah. Masjid Agung Baitul Makmur menjadi tujuan banyak orang di kala Ramadan. Auranya yang berbeda. Ikonik. Letak di tengah kota dan segala hipnotis yang dimilikinya membuat orang mau singgah.
Pagi begini adalah waktu untuk salat dhuha, datang dan pergi mereka yang singgah. Tiba waktu salat wajib, jamaah merapat hingga penuh sesak. Ramadan terasa sangat syahdu di dalam masjid ini. Lantunan ayat-ayat al-Quran dari mereka yang mengejar tadarrus, tak lain menjadi irama terindah untuk terus bermunajat kepada-Nya.
Dalam renung yang panjang. Ke sinilah tempat dituju untuk menenteramkan jiwa. Tak ada waktu yang diburu, hanya doa-doa saja!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Kurma Selengkapnya