Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

I'tikaf Cinta di Masjid Kubah Orange "Tsunami" Aceh

20 Mei 2018   09:24 Diperbarui: 20 Mei 2018   10:02 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kami percaya aman di dalam masjid!" ujarnya lagi dengan nada yakin.

 

Saya menikmati desiran angin yang tiba-tiba menusuk dada. Belum lekang ingatan dari musibah besar itu. Saya tahu kemudian, semua orang yang berlindung di dalam masjid ini selamat dari tsunami.

"Kami semua selamat, kami berangkulan dan mengucap syukur!" ujarnya dengan suara sedikit parau. Saya tahu bagaimana rasanya diburu air bah. Namun, saya tidak berada di area masjid ini karena masa itu langkah saya dituju ke masjid lain di Banda Aceh, juga masjid yang menyelamatkan banyak nyawa dari tsunami yaitu Masjid Kopelma Unsyiah.

Kembali ke sini, saya duduk di teras dengan kaki telah tersarung sandal. Warna orange masjid ini terasa kuat sekali. Sekali lagi, saya melihat ke dalam, lalu menengadah ke atas, menikmati kubah yang tinggi. Inilah masjid kebanggaan kami. Masjid dengan sejuta pesona. Masjid dengan banyak kenangan pahit semasa tsunami. Masjid yang kini dituju oleh banyak orang dan disinggahi oleh mereka yang melintasi barat selatan Aceh. Masjid Agung Baitul Makmur, begitu nama yang tertera di halaman depan, di Jalan Imam Bonjol, Desa Seunebok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat.

Sekilas Sejarah Masjid Agung Baitul Makmur 

Photo by Bai Ruindra
Photo by Bai Ruindra
Saat kamu berdiri di depannya, bangunan yang dirancang oleh artitek Alwin Abdullah ini langsung menghipnotis dengan suasana mediterania yang kental. Pemilihan warna yang menjadi ciri khas Timur Tengah menjadi daya tarik tersendiri. Tahun 1987 adalah masa di mana peletakan batu pertama pembangunan masjid yang kemudian diresmikan pada tahun 1999. Bangunan ini dibangun di atas tanah seluas 5,2 hektar dengan luas bangunan 3.500 persegi.

Keindahan dari masjid ini langsung terasa begitu kita melewati gerbang utama yang menyerupai Arch de Triomphe yang terletak di pusat kota Paris, Perancis. Romantisme Eropa dipadu dengan Timur Tengah tak lain membawa sisi berbeda saat ber-iktikaf di dalamnya. Teddy Tjokrosaputro dan Aryananda memasukkan Masjid Agung Baitul Makmur ke dalam 100 masjid terindah di Indonesia dalam bukunya yang disusun tahun 2008.

Photo by Bai Ruindra
Photo by Bai Ruindra
Halaman yang berumput, pelataran dengan keramik kasar -- saya tidak tahu namanya -- di tengah kota Meulaboh adalah keindahan tersendiri. Masjid ini mampu menampung jamaah sampai 7.000 orang dalam sekali waktu salat. Bisa dibayangkan betapa luasnya masjid tersebut dan suasana yang dihadirkan juga tak kalah menarik untuk dijadikan momentum berharga, jika kamu singgah di sini nanti.

Sama dengan masjid lain, Masjid Agung Baitul Makmur memiliki kubah yang tak hanya indah tetapi merupakan identitas dari masjid itu sendiri. Warna cokelat keemasan memancarkan cahaya yang berbeda dengan 3 kubah besar, 2 kubah kecil di depan kubah besar, dan 2 kubah besar pada dua menaranya di kiri dan kanan. Kubah-kubah ini menambah ciri khas yang tiada dua dan merupakan salah satu bangunan tertinggi di kota Meulaboh.

Photo by Bai Ruindra
Photo by Bai Ruindra
Iktikaf Cinta di Masjid Agung Baitul Makmur 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun