Mohon tunggu...
Baiq Dwi Suci Angraini
Baiq Dwi Suci Angraini Mohon Tunggu... Penulis - Menulislah Untuk Mengubah Arah

Pegiat dan penikmat karya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalau Masih Malu, Jangan Teriak "Merdeka"!

17 Agustus 2020   07:03 Diperbarui: 17 Agustus 2020   06:58 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalau masih malu, jangan teriak 'Merdeka'.

Pada perempatan pertama, kuperhatikan deretan sepeda motor beriringan mengarak merah dan putih. Sayangnya, kepala mereka tak dilindungi oleh helm pelindung. Mereka asyik menggeret merah putih, tapi juga asyik melanggar tertib lalu lintas. Lalu aku bertanya pada bendera yang dikibarkan sepanjang jalan itu, "Apakah kau sudah merdeka?"

Perempatan kedua kulewati, pandangan terhenti pada sekelompok tim gegana yang berjaga di antara traffic light. Lalu lalang para pengendara tak berbaju lengkap pun dibiarkan berlalu. Kemudian aku menanyakan pada seragam putih abu yang mereka banggakan itu, "Apakah benar kalian sudah merdeka?"

Kususuri kembali jalanan sepanjang kota, arah pandangan pun terhenti pada sekawanan bocah yang saling salip tanpa helm pelindung menutupi kepala mereka. Dengan santai, dihisapnya sebatang rokok di atas motor yang ditumpangi. Aku masih meracau pada bendera yang diarak kesana kemari itu, "Tidakkah mereka malu berteriak merdeka?"

Bendera diaraknya kesana-kesini, tapi kepala dan mulutnya sibuk disumpal asap. Hey, bro! Kamu itu masih terjajah, jangan kencang-kencang berteriak merdeka! Malu. Bahkan, saya sendiri malu meneriakkan kata 'Merdeka.'

Kita masih terjajah oleh asing dan aseng. Tambang emas ditarik jadi miliknya, tambang batubara dikeruk jadi kepunyaannya, tambang migas pun disahkan jadi punyanya. Dan sekarang kita masih tersenyum berteriak Merdeka? Bahkan, saya malu berteriak 'merdeka.'

Indonesia masih dikepung dari hulu ke hilir. Bumi, tanah, air dan udaranya tidak dikelola Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedang saat kau lantang berteriak 'Merdeka,' tanah, air, dan udaramu sedang dijarah oleh kapitalis dan inilah penjajahan gaya baru bernama neo imperialisme. Penjajahan yang dimainkan dengan sangat hati-hati dan cantik ini membuat Indonesia berada di jurang kehancurannya, Nusantara kita kini tengah dicekik oleh kekuatan para pemilik modal. Saya masih malu berteriak 'merdeka.'

Indonesia Jaya kita tak ada apa-apanya, sebab rekening para pemimpin telah menggemuk dan tabungan rakyat habis terkuras. Lalu, masih percaya dirikah kau berteriak 'Merdeka'? Saya malu ikut berteriak, bahkan berbisik pun enggan, sebab bumi pertiwi pun masih dalam jajahan. Bahkan, saya malu berteriak 'merdeka.'

Saya malu dan ingin rasanya menutup telinga, atau perlukah saya lemparkan peta negeri ini ke depan muka kalian? Agar mata-mata itu melek, lihatlah! Sekarang negeri yang dicintai ini telah mendapati ajalnya. Kekayaannya tak bersisa, Indonesia sepertinya tinggal nama. Tolong, jangan teriak 'Merdeka,' ketika saya pun benar-benar malu meneriakkannya. Kalau masih punya malu, jangan teriak 'Merdeka.'

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun