Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Puasa dan Solidaritas Sosial

18 Mei 2020   20:23 Diperbarui: 19 Mei 2020   09:46 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi memberi bukaan puasa kepada yang membutuhkan. (sumber: shutterstock)

"Ada anak bertanya pada bapaknya, 
buat apa berlapar-lapar puasa, ... 
"Lapar mengajarmu rendah hati selalu" 

Semasa kecil dahulu, menjelang berbuka puasa biasanya mulai rame anak-anak berseliweran dengan nampan di kepala. Sebagai sebuah tradisi, masing-masing rumah yang mempunyai kelebihan rizki biasanya akan membuat penganan berbuka lebih banyak yang nantinya itulah yang diantarkan oleh anaknya ke rumah tetangga. 

Tetangga yang diantarkan pun akan memberikan juga apa yang sudah di masak di rumah itu, meskipun hanya sayur bening.

Di hari-hari biasa hal itu juga lumrah kita temui dahulu, meskipun dengan intensitas yang agak jarang. Di bulan Ramadhan, selama 1 bulan penuh biasanya tetangga saling berbagi antarkan makanan apa yang dimasak di rumahnya. 

Tentunya konteks berbagi itu bukan sekedar untuk mengharapkan pemberian lagi yang lebih banyak, tetapi itu adalah strategi untuk menguatkan keterjalinan persaudaraan di antara mereka.

Untuk konteks sekarang, hal itu sangat jarang kita temukan, gaya hidup individualis yang dipengaruhi modernitas justru telah menepis jejak-jejak solidaritas yang sudah mapan dahulunya. 

Apa yang keliru dengan konteks sosial kita sekarang ini?Tak lain karena kita sudah merasa lebih percaya diri untuk melakukan segala sesuatu sendiri. 

Sikap individualisme yang akut justru membelenggu dengan rasa khawatir akan kekurangan ketika apa yang ada pada kita diberikan ke orang lain.

Hal yang menarik jika dikaitkan dengan konteks berlapar-lapar puasa seperti lirik lagu di atas yaitu, apakah sudah benar model kita berpuasa ketika berlapar-lapar itu membentuk sikap rendah hati, senantiasa berpikir juga untuk orang lain ketika mendapat rizki yang lebih dibandingkan mereka. 

Solidaritas sosial merujuk ke konsepnya Emile Durkheim(The division of Labour in Society, Ritzer: 2003) tidak berhenti hanya pada tataran berpikir untuk pemenuhan kebutuhan bersama dalam hal materil.

Akan tetapi solidaritas dalam konteks Islam merujuk kepada anjuran dalam kitab suci Al Qur'an yang menyatakan "mereka mendahulukan kebutuhan saudara-saudaranya dari pada mereka sendiri, bahkan sekalipun mereka dalam keadaan membutuhkan itu (Al Hasyr: 9). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun