Mohon tunggu...
Mikchel Naibaho
Mikchel Naibaho Mohon Tunggu... Novelis - Pembaca. Penjelajah. Penulis

Pegawai Negeri yang Ingin Jadi Aktivis Sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Isu PKI, Kenangan Buruk atau Takut Kehilangan Tuhan?

3 Maret 2018   13:22 Diperbarui: 3 Maret 2018   13:24 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: wnpr.org

Saya selalu mengernyitkan dahi setiap kali membaca berita yang mengabarkan negeri ini akan segera dikuasai komunis. Mengernyitkan dahi bukan karena pertanyaan bagaimana caranya, tetapi, apakah komunis masih ada?

Saya memang bukan seorang pengamat beneran atau peneliti yang menghabiskan waktu berminggu-minggu di perpustakaan. Saya hanya seorang yang senang mengamati banyak orang. Baik itu dari status-status mereka di facebook, di bbm, foto mereka di instagram, cuitan di twitter, dan banyak cara lagi. Biasanya kalau saya tertarik dengan pemikiran seseorang, maka saya akan mencari tahu lebih banyak tentang orang itu dan pemikirannya.

Tertarik bukan berarti karena pemikiran itu bagus atau jelek. Terkadang karena pemikiran itu nyeleneh. Katakanlah sebagai contoh : mbah Sujiwo Tejo. Maka dengan rutin saya akan mengikuti cuitan penulis buku 'Tuhan Maha Asyik ' ini di twitter. Saya akan menyalakan pemberitahuan, untuk jaga-jaga kalau saja di nge-tuit, maka akan langsung muncul di layar hp.

Atau contoh lain yang serius : Goenawan Moehammad. Bukan hanya mengikutinya di twitter dan facebook, saya juga pembaca rajin Catatan Pinggir-nya. Saya juga akan mengetikkan namanya di google kalau saja ada peristiwa heboh di negeri ini, hanya untuk mengetahui opininya tentang peristiwa itu. Bahkan di waktu senggang, saya ketikkan juga namanya di kotak pencarian di situs Youtube. Maka akan muncul banyak video berisi wawancara dengannya, ceramahnya, atau tentang banyak lagi -- yang dari video itu kita bisa mengenal lebih dekat dengan Om GM. Mengenal lebih dekat, karena kita bisa membandingkan apa yang dia tulis dengan apa yang dia ucapkan.

Begitu jugalah cara saya mengikuti orang-orang yang takut akan kebangkitan komunis. Dan setelah pengamatan yang cukup lama, saya dengan lancang menyimpulkan bahwa orang-orang yang takut akan kebangkitan komunis adalah orang-orang yang takut kehilangan Tuhan.

Kenapa saya bisa menyimpulkan demikian?

Sebab tak ada alasan lain dari mereka yang menolak paham komunisme selain mengatakan bahwa komunis itu adalah ATHEIS. Dan jika komunis berkuasa, maka mereka tak bisa ber-agama, dengan kata lain, mereka akan kehilangan Tuhan.

Saya tak tahu apa orang-orang ini benar-benar tahu tentang komunis. Padahal di zaman sekarang, di zaman keterbukaan informasi, mereka bisa saja tahu segala hal tentang komunis. Tinggal ketik saja di google 'komunis' maka mereka akan tahu siapa pencetus paham itu, bagaimana dia berkembang, negara apa saja yang menganut, kenapa isu komunis lebih menarik di negeri ini dibanding hutan yang digunduli, atau kenapa isu komunis selalu muncul ketika pilkada atau pilpres.

Tetapi memang, di negeri -- yang katanya -- masyarakatnya kurang minat membaca ini, isu agama masih laris keras untuk dijual. Jika ada isu agama atau apapun isu yang berkaitan dengan agama, kebanyakan orang akan seperti buru-buru mencari tahu. Dan seperti kebanyakan di mall-mall, orang-orang itu tak akan bertanya lebih jauh kenapa barang itu diobral. Yang penting, beli dulu. masalah barang itu bermutu atau tidak, dibutuhkan atau tidak, yang penting dibeli.

Masalah isu komunis juga demikian. Mereka tak akan bertanya lebih jauh lagi : apakah masih ada negara yang bertahan dengan paham komunis? Mengapa isu ini diangkat?

Tetapi susah sepertinya mengharapkan demikian. Orang-orang terlanjur takut. Phobia akut. Dan setiap mendengar kata komunis, mereka langsung bringas. Bahkan orang yang hanya membaca buku di jalan, dibubarkan. Lambang yang mirip, langsung dituduh akan menyebarkan paham komunis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun