Mohon tunggu...
Bagus Septiyanto
Bagus Septiyanto Mohon Tunggu... Petani - Sedang belajar menulis artikel:)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Agroteknologi '19

Selanjutnya

Tutup

Nature

"Hidroponik" Solusi Lahan Pertanian yang Semakin Sempit

22 September 2019   19:31 Diperbarui: 22 September 2019   19:47 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ingin menanam sayur dan buah tapi luas lahan terbatas? Silahkan coba metode hidroponik. Hidroponik merupakan salah satu cara bagi yang ingin menanam sayur dan buah dengan lahan terbatas. Hidroponik adalah salah satu solusi yang bisa diambil untuk permasalahan semakin menyempitnya luas lahan pertanian.

Hidroponik merupakan salah satu langkah yang bisa diambil untuk bercocok tanam dengan lahan yang terbatas. Metode ini sudah banyak diterapkan oleh masyarakat dalam menjaga keseimbangan kebutuhan pangan. Selain itu hidroponik juga merupakan dari modernisasi dalam bidang pertanian. Metode ini sangat cocok diterapkan di area perkotaan yang luas pekarangan rumah sangat sempit.

Hidroponik (hydroponics) berasal dari kata hydros yang berarti air dan ponics untuk menyebut pengerjaan atau bercocok tanam. Jadi hidroponik adalah segala aktivitas bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat tumbuhnya. Tanah merupakan sumber daya alam utama yang ada di bumi bagi makhluk hidup seperti manusia maupun mikroorganisme.

Menurut literatur, hidroponik telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Ada tanaman gantung di Babilon dan tanaman terapung di Cina yang bisa disebut sebagai contoh hidroponik. Di Mesir, India, dan Cina, manusia purba sudah kerap menggunakan larutan pupuk organik untuk memupuk semangka, mentimun, dan sayuran lainnya dalam bedengan pasir di tepi sungai. Cara bertanam seperti ini kemudian disebut river bed cultivation.

Istilah hidroponik lahir pada tahun 1936. Istilah ini diberikan untuk hasil DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California, USA, berupa tanaman tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak berisi mineral hasil uji cobanya.

Keuntungan yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Keuntungan yang lain dari hidroponik yaitu :

1.Perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol;

2.Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien);

3.Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru;

4.Tidak banyak membutuhkan tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standardisasi;

5.Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak;

6.Hasil produksi lebih kontinu dan lebih tinggi dibanding dengan penanaman di tanah;

7.Harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hidroponik;

8.Beberapa jenis tanaman bisa dibudidayakan di luar musim;

9.Tidak ada risiko kebanjiran, erosi, kekeringan, atau ketergantungan pada kondisi alam;

10.Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas, misalnya di atap, dapur, atau garasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hidroponik memiliki keuntungan yang lebih besar, terutama penduduk di perkotaan yang memiliki lahan atau pekarangan yang sempit dan gersang. Selain itu hidroponik juga bisa menjadi solusi untuk penghijauan yang tidak memungkinkan untuk tanam pohon di tanah (Lingga, 1984).

Pelaku usaha hidroponik

Andi Wibowo, alumnus Institut Teknologi Bandung. Bukan sosok asing lagi di kalangan pelaku usaha hidroponik. Mengaku bukan hobi berkebun, namun justri dia jatuh cinta pada cara bercocok tanam hidroponik. Andi mengawali usaha di bidang suplier sayuran di supermarket daerah Solo dan Yogyakarta.

Di lahan seluas 2000m yang dimilikinya, sebagian digunakan sebagai outlet usahanya yang menyediakan berbagai perlengkapan hidroponik dan sebagian lagi digunakan untuk kebun sayurnya. Kebun itu berada tepat di belakang outlet hidroponiknya. Di kebun tersebut terdapat 1 unit greenhouse dan 9 rangkaian hidroponik tanpa greenhouse. Dengan usaha ini Andi berhasil menjadi pemasok sayuran ke Superindo, Hypermart Hartono Mall, Hypermart Solo Grand Mall, dan Yogya City Mall. Sayuran yang disuplai dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk segar dengan berada pada instalasi hidroponiknya serta sayuran yang sudah dikemas (Suryani, 2015).

Selain itu ada Roni Hartanto, seorang pemuda berusia 27 tahun dan alumnus Teknologi Benih, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Awalnya Roni memulai dengan greenhouse kemudian meluas 300m, 1500m, dan seterusnya. Roni menanam sayuran caisim, bayam, pakcoy, dan kailian di lahan seluas 5000m. Setiap 3 bulan sekali, Roni selalu memperbaharui sayuran yang ditanam dengan permintaan pasar agar tidak mengalami kerugian. Roni dapat meraup 240 juta perbulan dengan panen 200-250Kg/hari (Apriyanti, 2015).

Daftar pustaka

Lingga, Pinus. 1984. Hidroponik : bercocok tanam tanpa tanah. Niaga Swadaya.

Suryani, Reno. 2015. Hidroponik Budidaya Tanaman Tanpa Tanah. Arcitra : Yogyakarta.

Apriyanti, Rosy Nur. 2015. Hidroponik Perkotaan. Trubus Swadaya : Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun