Mohon tunggu...
Bagus Septiyanto
Bagus Septiyanto Mohon Tunggu... Petani - Sedang belajar menulis artikel:)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Agroteknologi '19

Selanjutnya

Tutup

Nature

"Hidroponik" Solusi Lahan Pertanian yang Semakin Sempit

22 September 2019   19:31 Diperbarui: 22 September 2019   19:47 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

6.Hasil produksi lebih kontinu dan lebih tinggi dibanding dengan penanaman di tanah;

7.Harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hidroponik;

8.Beberapa jenis tanaman bisa dibudidayakan di luar musim;

9.Tidak ada risiko kebanjiran, erosi, kekeringan, atau ketergantungan pada kondisi alam;

10.Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas, misalnya di atap, dapur, atau garasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hidroponik memiliki keuntungan yang lebih besar, terutama penduduk di perkotaan yang memiliki lahan atau pekarangan yang sempit dan gersang. Selain itu hidroponik juga bisa menjadi solusi untuk penghijauan yang tidak memungkinkan untuk tanam pohon di tanah (Lingga, 1984).

Pelaku usaha hidroponik

Andi Wibowo, alumnus Institut Teknologi Bandung. Bukan sosok asing lagi di kalangan pelaku usaha hidroponik. Mengaku bukan hobi berkebun, namun justri dia jatuh cinta pada cara bercocok tanam hidroponik. Andi mengawali usaha di bidang suplier sayuran di supermarket daerah Solo dan Yogyakarta.

Di lahan seluas 2000m yang dimilikinya, sebagian digunakan sebagai outlet usahanya yang menyediakan berbagai perlengkapan hidroponik dan sebagian lagi digunakan untuk kebun sayurnya. Kebun itu berada tepat di belakang outlet hidroponiknya. Di kebun tersebut terdapat 1 unit greenhouse dan 9 rangkaian hidroponik tanpa greenhouse. Dengan usaha ini Andi berhasil menjadi pemasok sayuran ke Superindo, Hypermart Hartono Mall, Hypermart Solo Grand Mall, dan Yogya City Mall. Sayuran yang disuplai dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk segar dengan berada pada instalasi hidroponiknya serta sayuran yang sudah dikemas (Suryani, 2015).

Selain itu ada Roni Hartanto, seorang pemuda berusia 27 tahun dan alumnus Teknologi Benih, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Awalnya Roni memulai dengan greenhouse kemudian meluas 300m, 1500m, dan seterusnya. Roni menanam sayuran caisim, bayam, pakcoy, dan kailian di lahan seluas 5000m. Setiap 3 bulan sekali, Roni selalu memperbaharui sayuran yang ditanam dengan permintaan pasar agar tidak mengalami kerugian. Roni dapat meraup 240 juta perbulan dengan panen 200-250Kg/hari (Apriyanti, 2015).

Daftar pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun