Mohon tunggu...
Bagas Prabowo Adi
Bagas Prabowo Adi Mohon Tunggu... Penulis - Teologi | Pemuridan

Studying at Surakarta Christian University, Faculty of Theology | Instagram : @bagasprabowo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jawaban bagi Hati yang Rindu (Mazmur 42:1-12)

19 Februari 2021   00:16 Diperbarui: 19 Februari 2021   00:29 7565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterpisahan dari seseorang yang amat dicintai menimbulkan rasa rindu yang teramat dalam bagi hampir sebagian manusia di dunia ini. bagi sebagian orang kerinduan itu bahkan sampai terbawa dalam mimpinya. Hatinya dan alam bawah sadarnya terpengaruh oleh kerinduan yang begitu besar ini. pernahkah anda mengalami hal yang demikian?

Hasrat seperti inilah yang dialami oleh pemazmur. Tekanan batin dan rindu yang dialami oleh pemazmur digambarkan seperti seekor rusa yang mengalami kekeringan (ayt. 1-3) Ia haus, gundah gulana, tertekan, dan gelisah ketika menyadari keberadaan dirinya yang telah jauh dari Allah (ayat 3, 5, 6, 7, 12).

Dalam gambaran ini kita bisa melihat bagaimana pemazmur sejatinya memiliki keterikatan yang kuat dengan Allah. Karena tidak mungkin seseorang yang begitu merindukan, hanya memiliki hubungan yang biasa saja. Kelekatan, keterikatan antara pemazmur pastilah sungguh sangat dalam.

Kerinduan yang begitu dalam ini tidak bisa terobati hanya dengan mengingat kembali kenangan, album foto, dan melihat kembali barang-barang kenangan bersama. Tetapi sebaliknya justru membawanya semakin tenggelam dalam ketakutan, keputusasaan, dan kegelisahan hati (ayat 5-6, 7-8). Hal yang dibutuhkan untuknya adalah bertemu dengan Tuhan.

Seperti rusa yang ada dalam kekeringan, pastilah lambat laun ia akan mati jika tidak segera menemukan sumber air. Begitu pula orang yang telah lama terpisah dengan Allah, hati dan hasratnya lambat laun akan mati dan terbawa oleh arus dunia. Dan segala peristiwa yang dialaminya akan dipandang sebagai beban hidup yang tak kunjung berhenti.

Keyakinan dan kepercayaan kepada Allah merupakan penangkal ampuh bagi kemuraman dan kegelisahan jiwa yang melanda. Oleh karena itu, ketika kita menegur diri kita sendiri untuk berharap kepada Allah, janganlah jiwa kita dibiarkan bergumul sendirian, sebab ia akan tenggelam. Namun, jika ia berpegang erat-erat pada kuasa dan janji Allah, maka kepalanya akan tetap mengambang di atas air. Berharaplah kepada Allah,

Apakah kita menyadari bahwa diri kita tidaklah mungkin dapat terpisah dari Allah karena kita tidak dapat hidup tanpa Dia? Dialah kebutuhan kita yang paling mendasar, dan tanpa Dia keberadaan kita tidaklah berarti apa-apa. Kristus adalah jawaban bagi kebutuhan terdalam hati manusia akan Allah.

Saat ini apakah kita memiliki kerinduan yang begitu dalam kepada Allah? Ataukah rasa rindu itu mulai tidak terasa lagi dalam hati kita? | BPA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun