Konsumsi keju Dangke secara teratur dalam takaran yang wajar dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, sekaligus menawarkan manfaat kesehatan seperti peningkatan daya tahan tubuh dan kesehatan tulang.
Apa yang membedakannya dengan keju lainnya?
Keju Dangke memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan jenis keju lainnya, terutama dari segi rasa dan teksturnya.Keju ini memiliki tekstur yang lebih padat dengan rasa yang khas, yang merupakan hasil dari proses pembuatan tradisional dan penggunaan bahan alami seperti getah pepaya. Selain itu keju Dangke ini tidak melalui proses fermentasi seperti proses pembuatan keju pada umumnya.
Keunikan lain dari keju Dangke adalah cara penyajiannya, yang seringkali disajikan bersama dengan makanan khas Sulawesi Selatan lainnya.
Dangke dapat dinikmati dengan cara dipanggang atau dibakar secara langsung, sehingga menciptakan Dangke bercita rasa smoky. Kemudian, Dangke tersebut dinikmati dengan nasi dari beras ketan khas Enrekang (Pulu Mandoti), dan dicocol pakai sambal.
Jadi..
Keju Dangke merupakan salah satu warisan kuliner Sulawesi Selatan yang kaya akan sejarah, budaya, dan nilai gizi. Proses pembuatannya yang unik serta kandungan gizinya menjadikan keju ini tidak hanya lezat untuk dinikmati, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Melalui artikel ini, diharapkan semakin banyak orang yang mengenal dan tertarik untuk mencoba keju Dangke, sekaligus ikut serta dalam melestarikan warisan kuliner Indonesia.
Dengan mencoba keju Dangke, kita tidak hanya akan menikmati kelezatan yang ditawarkan tetapi juga menjadi bagian dari pelestarian budaya dan tradisi kuliner Indonesia. Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan kekayaan kuliner Nusantara dengan mengenal dan mencicipi keju Dangke dari Sulawesi Selatan.
Dengan mengapresiasi dan mempromosikan kuliner lokal seperti keju Dangke, kita turut serta dalam upaya pelestarian warisan budaya Indonesia. Ternyata makanan itu bisa membawa cerita seperti dari mana asalnya, cara membuatnya, atau bahkan menceritakan tentang kearifan lokal di dalamnya.
Terima kasih sudah membaca
Referensi:
2. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/view/29427
