Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya memiliki hobi membaca dan menikmati konten visual yang berkaitan dengan sains, perkembangan teknologi, dan makanan. Tetapi tidak hanya di situ, saya juga tertarik dalam dunia otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mari Berkenalan dengan Sorgum, Kandidat Pengganti Nasi di Masa Depan

23 Februari 2024   22:54 Diperbarui: 23 Februari 2024   23:29 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman Sorgum | Sumber gambar: Sarangib

Sorgum, seperti pada artikel sebelumnya, secara tidak langsung, saya ingin membantu memperkenalkan sorgum. Jadi apa itu sorgum? Sorgum (Sorghum bicolor) termasuk dalam tanaman serealia, yaitu seperti gandum, beras, dan jali-jali. Sorgum ini menjadi makanan pokok di benua Afrika, serta menjadi sumber karbohidrat bagi penduduk di sana. Sorgum dapat tumbuh di kondisi tanah yang mengandung sedikit air dan dapat hidup di iklim tropis sampai sub-tropis. Oleh karena itu, sorgum dapat tumbuh subur di Indonesia.

Sorgum digadang-gadang bisa menjadi alternatif sumber karbohidrat pengganti nasi. Kelebihan sorgum dibandingkan nasi, tidak hanya dilihat dari kemampuannya dapat tumbuh di kondisi yang sedikit air, tetapi juga dilihat dari kandungan nutrisinya. Selain terkenal sebagai sumber karbohidrat alternatif, sorgum juga memiliki serat dan vitamin B kompleks. Sebagai gambaran, saya telah mencari sumber ilmiah terpercaya, dan saya akan memberikan perbandingan nutrisi dari 100 gram nasi dengan 100 g sorgum.

Fakta dari sorgum

Biji sorgum | Sumber gambar: Vijayanarasimha
Biji sorgum | Sumber gambar: Vijayanarasimha

Berikut ini perbandingan makronutrien antara beras dan juga sorgum, yang saya peroleh dari penelitian Shingote et al. pada tahun 2021. Dalam 100 gram beras, menganndung karbohidrat sebanyak 80 gram, lemak 0,4 gram, dan protein 7 gram. Kemudian, 100 gram sorgum mememiliki karbohidrat sebanyak 74 gram, lemak 1,8 gram, dan protein 10 gram. 

Perbedaan antara keduanya tidak jauh berbeda, namun sorgum memiliki jumlah protein dan lemak yang lebih banyak dibandingkan nasi. Lalu apakah itu buruk? Tentu tidak, mungkin kita akan melihat "lemak" pada sorgum lebih banyak dibandingkan nasi, padahal, lemak dari nabati jauh lebih baik dari lemak hewani. Kenapa? Karena lemak nabati lebih banyak mengandung lemak tidak jenuh, yang tentu saja membantu menurunkan kadar LDL (low-density liporpotein) yang dikenal sebagai kolesterol "jahat".

Selain itu, kandungan mikronutrien, yaitu mineral pada sorgum lebih banyak dibandingkan pada beras. Mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama untuk proses metabolisme karena mineral seperti magnesium dan zinc digunakan sebagai kofaktor untuk membantu kerja enzim dalam tubuh kita. Bahkan, dari hasil penelitian oleh Shingote et al. 2021, menyatakan bahwa mineral seperti magnesium dan zinc ditemukan pada sorgum, tidak ada di dalam beras. Tentu saja, bahwa sorgum, selain menjadi sumber karbohidrat, tetapi juga sebagai sumber mineral.

Lalu apakah data itu bisa berubah jika ditanam dalam tempat yang berbeda? Tentu saja, semakin subur tanahnya, maka hasilnya akan baik juga. Namun, meskipun ditanam di tempat yang berbeda, sorgum tetap dikategorikan sebagai sumber karbohidrat alternatif selain nasi dan tinggi protein. Bahkan protein pada 100 gram tempe, berada di 19 gram. Memang masih berbeda jauh, namun akan lebih mantap, bila kita mengonsumsi sorgum ditambah dengan lauk tempe. Bayangkan saja dulu.

Saya memiliki pengalaman pribadi, ketika masih menjadi seorang mahasiswa S1. Pada saat itu, saya dengan kelompok harus membuat inovasi makanan dengan bahan makanan yang unik. Kelompok saya, waktu itu kebagian berbahan sorgum. Waktu itu kami tidak tau apa itu sorgum dan bisa dijadikan apa, dan akhirnya karena kami melihat tinggi protein dan bisa dijadikan tepung, maka kami memilih untuk membuat kue pie susu. Saat itu, kami terlintas bahwa kue pie memiliki tekstur yang kering dan sepertinya cocok untuk menggunakan sorgum.

Uji coba yang kami lakukan kurang lebih selama 3 bulan, akhirnya usaha kami membuahkan hasil dan pie yang kami buat, memiliki rasa yang enak, gurih, dan teksturnya tidak jauh berbeda dengan pie yang dibuat seutuhnya dengan tepung terigu. Bahan yang kami gunakan hampir 80% menggunakan sorgum, karena kalau sepenuhnya menggunakan sorgum, hasilnya gagal dan menjadi buyar. Tetapi kembali lagi, hasilnya pienya enak dan kami senang bisa melaksanakan tugas itu dengan baik.

Bagaimana? Ingin mencoba sorgum?

Banyak sekali potensi dari sorgum yang bisa dikembangkan agar bisa dimanfaatkan dengan baik. Upaya diversifikasi pangan juga perlu digerakan lagi, dan harus selalu dijalankan, agar kita tidak hanya berfokus pada salah satu sumber saja, tetapi juga melihat alternatif lainnya yang bahkan bisa lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun