Sebuah film yang berhubungan dengan sebuah kampung yang semakin terkenal hingga dapat dibawa ke Piala Oscar ini merupakan perwakilan yang menarik dari negara Indonesia.Â
Film karya anak muda Wicaksono Wisnu Legowo ini memiliki latar belakang yang tidak biasa karena memiliki sebuah latar belakang di sebuah kampung nelayan di pesisir Utara Kota Tegal, Jawa Tengah ini telah membawa nama Indonesia untuk perwakilan Piala Oscar pada tahun 2018 dalam kategori film Berbahasa Asing Terbaik.
      Menurut pandangan sang sutradara dalam pengambilan sebuah latar belakang Kampung Tirang ini, beliau memiliki alasan yang cukup unik karena dia ingin mengangkat kisah dan cerita sebuah masyarakat kampung halamannya yang berada di di Kota Tegal ini.
      Yang membuat film ini menjadi menarik karena sang sutradara ini merupakan orang asli di Kota Tegal ini yang mempunyai kreatifivitas untuk mengangkat sebuah kesenjangan sosial yang berada di Kampung Tirang ini.Â
Selain itu, Wisnu juga mempunyai sebuah kru dalam pembuatan film Turah ini sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak membuat film tersebut. Sehingga, hatinya terketuk dan munculah sebuah ide untuk memfilmkan kondisi Kampung Tirang.
      Film "Turah" (2017) ini mengangkat kisah kehidupan warga di Kampung Tirang, sebuah kampung yang berada di pinggiran pesisir pantai Kota Tegal, yang sebagian masyarakatnya miskin dan tertinggal.Â
Kampung ini memiliki jarak yang cukup dekat dengan pusat Kota Tegal, namun kampung ini bisa dibilang krisis terhadap aliran listrik. Tidak hanya itu saja, sebagian banyak warga juga mengalami kekurangan air bersih juga.
      Hal ini bisa dilihat dalam adegan film yang digambarkan oleh Wisnu melalui rumah yang sudah reot, pakaian warga yang terlihat kusut, dan kondisi lingkungan yang kumuh, dapat memperjelas bahwa kesenjangan sosial di Kampung Tirang ini sangat memprihatinkan.
      Akibat dari kesenjangan sosial yang semakin parah, menimbulkan sebuah konflik sosial. Jadag (Slamet Ambari) melakukan sebuah perlawanan akan ketidakadilan di Kampung Tirang tersebut. Dia tidak terima tanah kelahirannya ini diambil kuasa oleh seorang juragan bernama Darso (Yon daryono).Â