Mohon tunggu...
Badiyo
Badiyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger, Content Creator

Seneng baca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jika Saya Jadi Admin Grup

20 Juli 2020   21:04 Diperbarui: 20 Juli 2020   21:04 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto (Sumber: rakyatku.com)

Apakah Anda pernah merasakah nggak tahan bahkan muak dengan suasana di sebuah grup WA?  Jika iya, maka ketahuilah bahwa Anda tidak sendiri. Banyak orang merasakan hal yang sama.

Grup yang awalnya dibuat khusus untuk berbagi informasi dan ajang silaturahmi keluarga, berubah menjadi grup aneka rupa. Begitu juga grup khusus lingkungan RT, RW, bahkan kantor. Perlahan tapi pasti, grup-grup itu berubah arah dan haluan.

Segala macam link berita di-share di grup. Mulai dari berita kriminal hingga berita politik. Bahkan segala macam video, baik lagu maupun video yang bersifat lucu-lucuan. Juga segala macam foto. Pokoknya segala macam yang didapatkan, di-share di grup itu. Mirip pasar tumpah di Pantura Cirebon. Atau pasar kaget yang kerap muncul setiap hari Minggu di pinggiran Jabodetabek.

Tak heran jika akhirnya anggota grup mulai merasa tidak nyaman. Mereka merasa tidak ada gunanya berada di grup itu. Keberadaan grup mereka anggap tidak penting lagi karena sudah melenceng dari tujuan awal pembentukan grup. Keluar dari grup adalah pilihan yang bijak bagi mereka.

Persoalan seperti itu seharusnya tidak terjadi andai saja sejak awal, penggagas grup dan atau sekaligus admin sudah menentukan tata tertib dan aturan main grup. Sayangnya, tidak semua penggagas dan admin grup melakukan hal itu.

Beberapa grup memang sudah membuat dan menerapkan tata tertib dan aturan main grup bagi anggotanya. Grup semacam itu relatif lebih stabil keanggotaannya. Turn off-nya pasti lebih rendah jika dibandingkan dengan grup yang tak menerapkan tata tertib.

Pengalaman adanya tata tertib dan aturan grup saya dapatkan saat saya bergabung dengan grup Penpro pada tahun 2016. Penpro adalah Perkumpulan Penulis Prosesional yang didirikan oleh pakar Perbukuan Indonesia, Pak Bambang Trimansyah atau yang lebih akrab disapa Bambang Trim.  

Di grup itu, Pak Bambang Trim sebagai penggagas yang otomatis sebagai admin menerapkan tata tertib dan peraturan grup. Aturan itu memuat beberapa poin yang boleh dan beberapa point yang tidak boleh alias dilarang di-share di grup itu. Saya paling inget satu poin yang dilarang di-share di grup itu adalah soal politik.

Maklum, sejak 2014, masyarakat Indonesia memang terbelah dua secara pilihan politik. Jika grup tidak tegas melarang hal itu, maka hampir dipastikan grup akan hiruk pikuk dengan "debat masinis" yang tak ada habisnya. Poin lain yang dilarang tentu yang tidak berkaitan dengan maksud dan tujuan grup.    

Peraturan dan tata tertib dari grup Penpro itulah yang kemudian saya adopsi untuk diterapkan di grup yang saya bentuk ataupun saya gawangi. Tentu dengan berbagai penyesuaian di sana-sini agar selaras dengan maksud dan tujuan grup. Peraturan dan tata tertib grup memang dibuat  menyesuaikan dengan maksud dan tujuan grup itu sendiri.

Apakah grup WA non formal semisal grup Alumni juga perlu aturan?

Ya, grup alumni SD, SMP, SMA, Kampus atau grup non formal lainnya memang cenderung lebih bebas dan fleksibel. Namun menurut saya, tetap harus ada aturan yang bisa menjadi rambu-rambu bagi anggota. Tidak harus dibuat peraturan secara formal dan ketat. Minimal dengan aturan itu, anggota grup bisa tetap menjaga etika, norma dan adat ketimuran.

Jadi, andai saya sebagai admin atau pembuat grup WA atau media sosial lainnya, maka saya akan membuat peraturan dan tata tertib grup. Apa-apa yang boleh dan yang tidak boleh di-share, harus dibuat dan ditaati oleh semua anggota. Tujuannya bukan untuk mengekang atau membatasi aktivitas anggota, namun justru itu untuk kenyamanan para anggota sendiri.

Apakah jika sudah ada peraturan dan tata tertib, persoalan grup media sosial sudah selesai?

Memang belum. Meski sudah ada aturan dan tata tertib, ada saja anggota yang "bandel" melanggarnya. Di sinilah tugas dan peran admin untuk memahamkan dan memberi pengertian kepada anggota tersebut.

Dan lagi-lagi, ini bukan tugas yang mudah. Salah-salah komunikasi, bisa-bisa anggota itu tersinggung dan marah.

Belum lagi jika ada anggota yang merasa tersinggung oleh ulah anggota lainnya. Termasuk jika ada yang saling "bertengkar". Di sini, admin harus bertindak sebagai wasit. Andai salah satu anggota yang bertengkar itu teman dekat, admin tetap harus imparsial alias netral.

Admin harus menyampaikan kembali ke mereka tentang maksud dan tujuan grup. Penyampaian harus dengan bijak dan hati-hati. Penyampaian juga harus mencari waktu yang tepat. Namun jangan sampai terlambat juga.

Di sinilah pentingnya aturan dan tata tertib grup itu dibuat sedari awal pembuatan grup. Aturan dan tata tertib berfungsi sebagai pagar dan rambu-rambu bagi para anggota.

Sementara bagi admin, aturan dan tata tertib digunakan untuk menegur anggota yang melanggar.

Selain itu, aturan dan tata tertib juga berfungsi sebagai pengingat bagi seluruh anggota akan maksud dan tujuan dibentuknya grup itu.

Semoga bermanfaat.

Gang Mandor -- Ciputat, 20 Juli 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun