Mohon tunggu...
Muhammad Syarief
Muhammad Syarief Mohon Tunggu... -

Ayah dari dua orang putri. Berteduh sementara di bawah langit kota Depok. Bersama istri tercinta merangkai kehidupan bersama untuk akhir yang mulia. InsyaaAllah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Tersisa dari Gerhanamu?

10 Maret 2016   06:36 Diperbarui: 10 Maret 2016   07:12 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi shalat gerhana. (rukun-islam.com)"][/caption]Tanggal 9 kemarin, masyarakat di Indonesia dihebohkan dengan fenomena alam bernama gerhana. Ada beberapa alasan yang menjadikan gerhana matahari kemarin begitu istimewa. Pertama, ini momen langka, hanya terjadi dalam 375 tahun sekali di lokasi yang sama. Kedua, kemarin itu bertepatan dengan hari libur Nyepi umat Hindu. Dengan demikian kloplah masyarakat bisa leluasa menikmatinya.

Sebagai seorang muslim, fenomena seperti ini tidak sekedar bagian dari fenomena alam. Ada pesan yang tidak tersirat dibalik kejadian langka itu. Dalam sebuah hadis diceritakan, Abu Musa Al-Asy’ari melihat Rasulullah Saw. sampai berdiri dan berlari cepat ke masjid, hingga selendang beliau terjatuh. Lalu mengumpulkan umat Islam untuk mendirikan Shalat gerhana secara berjamaah.

Pertanyaannya, mengapa Rasulullah Saw. menjadi ketakutan dengan fenomena ini, apa alasannya?

Dijelaskan kemudian bahwa ini tak ubahnya gambaran akan terjadinya kiamat. Ketika planet-planet saling berbenturan satu sama lain.

Sekarang cobalah perhatikan permainan gundu. Untuk menembakkan dua gundu sekaligus, kita harus berada dalam posisi garis yang sejajar bukan? Nah, ketika gerhana terjadi, bumi, bulan dan matahari berada di garis sejajar. Tinggal sentil saja, maka semua akan bertabrakan dan isinya berhamburan.

"Ah sudahlah, itukan fenomena alam, mengapa jadi membuat cemas seperti ini?" Mungkin seperti itu pendapat kebanyakan orang.

Tapi yakinkah kita, kiamat itu pasti akan terjadi? Dan biasanya manusia yang berakal itu akan lebih mudah menerima ketika logikanya sesuai dengan contoh yang ada. Yang dikhawatirkan adalah ketika melihat fenomena alam sebagai sesuatu yang amazing saja, tanpa mengambil pelajaran siapa yang melakukan itu semua dan apa pesannya hingga itu terjadi?

Ternyata ada hikmah dibalik Shalat Gerhana yang didirkan Rasulullah Saw. Mengapa shalat 2 rakaat itu setiap rakaatnya terdiri dari 1 rukuk. Menurut pandangan adik kelas saya yang aktif di dunia astronomi, ketika rukuk kita membentuk sudut 90 derajat, nah, dengan 2 ruku’ dalam 1 rakaat maka terbentuklah 180 derajat yang artinya itu adalah sebuah garis lurus. Ini mengisyaratkan posisi ketika gerhana terjadi, yaitu, matahari, bulan, dan bumi sejajar, seperti garis lurus. Tapi itu adalah sebuah hikmah, karena yang paling terpenting adalah kita mengamalkan sunnah dari Rasulullah Saw. itu sendiri.

Kalau pesan kiamat lebih kuat di balik peristiwa gerhana kemarin, maka selayaknya yang dilakukan setelahnya adalah mempersiapkan diri ketika peristiwa dahsayat itu datang. Sudahkah cukup bekal amalan yang kita miliki, sehingga dapat bahagia di akhirat kelak? Tentu kita harus saling mengaca diri, dan sesegara mungkin bertobat atas segala dosa dan memperbanyak amalan ibadah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun