Mohon tunggu...
Mahdiya Az Zahra
Mahdiya Az Zahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - lifetime learner

Mompreneur yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pesan Tersirat dalam Dilan

13 Februari 2018   18:13 Diperbarui: 13 Februari 2018   19:07 2892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iqbal pemeran Dilan foto bersama para penggemarnya di kantor Kompas Gramedia, Kota Bandung, Rabu malam (3/1/2018). (TRIBUN JABAR/PUTRI PUSPITA NILAWATI)

Di novel terakhir yaitu suara dari Dilan, diceritakan bahwa Milea dan Dilan mengakhiri semua dengan telponan lama sekali. Mereka masih saling merindukan satu sama lain. Dan disitulah mereka menyesal, karena begitu banyak yang mereka tidak tanyakan dan berakhir pada prasangka. Namun prasangka itu yang membuat Dilan dan Milea saling menghormati. Ketika Dilan dan Milea berprasangka bahwa masing-masing sudah punya pacar, mereka tidak lantas mengganggu satu sama lain, dan memilih untuk diam. Banyak orang di masa ini memilih untuk masuk ke kehidupan asmara orang lain apapun yang terjadi. 

Nah dari karakter Dilan dan Milea itu seakan Pidi Baiq ingin berpesan bahwa kita boleh nakal tapi juga harus bertanggung jawab. Kita juga boleh nakal, boleh bolos sekolah, tapi belajar dan menuntut ilmu tetap prioritas. Kita boleh ikut geng motor tapi jangan merugikan orang lain, kita juga harus tetap memikirkan masa depan kita.

Kita boleh mencintai orang tapi jangan memaksa, kita juga boleh PDKT tapi jangan buat kita bahagia karena PDKT tapi buat orang yang kita dekati bahagia karena kita. Kita juga tidak perlu membohongi diri sendiri, menjadi orang lain untuk disukai. Tapi cintailah orang dengan caramu sendiri. 

Kita juga harus menghormati perempuan, siapapun itu, menghargai, dan membuatnya merasa nyaman. Jangan pernah merendahkan perempuan

Dilan menjadi sosok idola baru, dan Dilan membuktikan bahwa untuk disukai seseorang, kita tidak perlu menjadi keren dan sempurna. Tapi menjadi diri sendiri dan tidak membohongi diri sendiri. Dilan juga membuktikan bahwa kita tidak harus menjadi sempurna, Dilan punya banyak kekurangan , ia mudah emosi, ia juga menyelesaikan masalah dengan berkelahi, tapi ia bisa disukai.

Kita tidak harus menjadi sempurna fisik, ganteng, tinggi, putih, kaya. Kita juga tidak harus religius, rajin, rapih, pemain basket, juara kelas yang duduknya selalu di depan dan rajin masuk sekolah. Yang terpenting kita punya mimpi dan rencana masa depan, serta punya prinsip dalam hidup, dan cukup nikmati saat ini. Kita tidak harus menjadi sosok idola pada umumnya, sosok sempurna, cukup menjadi diri sendiri, dengan cara kita sendirti, disitulah kita menjadi idola bagi orang yang kita cintai dan mencitai kita. 

Dilan meruntuhkan teori bahwa yang rajin dan sempurna, yang religius dan tampan, yang kaya dan pemain basket itu tidak selamanya menjadi idola. Jika demikian, bagaimana nasib yang miskin, pendek, hitam, jelek, tidak religius, tidak rajin, bukan pemain basket bukan ketua osis? Selama ia punya prinsip dan cerdas ia bisa dicintai. Pintar saja tidak cukup, cerdas yang paling penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun