Mohon tunggu...
azza
azza Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Hangatkan Malammu di Angkringan Timbangan Tebu

26 Desember 2024   12:32 Diperbarui: 28 Desember 2024   16:05 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkringan Timbangan Tebu

Sleman- Di sudut sebuah dusun yang tenang di Bodeh, Ambarketawang, Gamping, Sleman, berdiri sebuah angkringan unik yang sarat akan nilai sejarah. Angkringan Timbangan Tebu, begitu nama tempat ini, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi warga lokal maupun wisatawan. Nama dan konsep angkringan ini terinspirasi dari keberadaan timbangan tebu tua di lokasi tersebut, yang dulunya menjadi pusat aktivitas masyarakat pada masa kejayaan industri gula.

“Kami ingin menghadirkan suasana angkringan yang lebih dari sekadar tempat makan,” ujar Khan, pengelola angkringan yang ramah menyapa setiap pengunjungnya. Di sini, selain menyantap aneka menu khas angkringan seperti nasi kucing, sate telur puyuh, dan wedang jahe, pengunjung juga disuguhi cerita-cerita menarik dari warga setempat tentang sejarah timbangan tebu tersebut. “Kami ingin menghadirkan suasana angkringan yang lebih dari sekadar tempat makan,” ujar Khan, pengelola angkringan yang ramah menyapa setiap pengunjungnya. Selain menikmati aneka menu khas seperti nasi kucing, sate telur puyuh, dan wedang jahe, pengunjung diajak mendengar cerita menarik dari warga setempat. Suasana hangat dan penuh cerita ini menjadikan setiap kunjungan ke Angkringan Timbangan Tebu istimewa, menawarkan pengalaman yang tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga hati.

Setiap malam, angkringan ini selalu dipenuhi pengunjung. Tidak hanya warga sekitar, tetapi juga wisatawan yang penasaran dengan cerita di balik nama uniknya. Azzahra, seorang mahasiswi dari luar kota yang sedang mengerjakan tugas kuliah di Yogyakarta, mengaku terkesan dengan suasana angkringan ini. “Biasanya angkringan hanya tempat makan, tapi di sini ada nilai sejarahnya. Saya suka sekali mendengar cerita-cerita dari pengelola maupun karyawan yang berada di angkringan itu,” tuturnya sambil menikmati wedang jahe hangat.

Tidak hanya itu, angkringan ini juga menyajikan hiburan berupa live music setiap hari. Dengan alunan musik tradisional hingga lagu-lagu populer, suasana angkringan semakin terasa hangat dan akrab. “Kami ingin pengunjung merasa betah dan menikmati setiap momen di sini,” tambah Khan sambil tersenyum. Hiburan ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi pengunjung muda yang ingin menikmati suasana santai sambil mendengar musik favorit mereka.

Selain keunikan lokasi dan suasana, makanan di Angkringan Timbangan Tebu juga menjadi daya tarik utama. Harga yang terjangkau membuat angkringan ini disukai oleh semua kalangan, mulai dari pelajar hingga wisatawan. Menu andalan seperti nasi oseng mercon, tahu bacem, dan wedang jahe selalu laris manis. “Kami menjaga cita rasa agar tetap khas dan konsisten. Semua bahan yang kami gunakan juga selalu segar,” ujar Khan dengan penuh keyakinan.

Tidak hanya wedang jahe, ada satu menu spesial yang menjadi favorit pengunjung, yaitu teh tubruk dengan gula batu yang diseduh menggunakan air dari kendi. “Rasanya beda, lebih segar dan wangi. Banyak yang bilang teh tubruk ini membuat mereka merasa nostalgia,” tambah Khan. Banyak pengunjung yang rela datang jauh-jauh hanya untuk mencicipi minuman ini.

Pengunjung yang datang juga merasa terbantu dengan lokasi angkringan yang strategis, tidak jauh dari jalan utama. Namun, suasana yang ditawarkan tetap tenang dan nyaman karena angkringan ini terletak di area pedesaan. “Saya suka suasananya. Tidak terlalu bising, tapi juga tidak terlalu jauh dari kota. Sempurna untuk tempat bersantai setelah seharian bekerja,” ungkap Wahyu, seorang mahasiswa yang menjadi pelanggan setia.

Keberadaan angkringan ini memberikan dampak positif bagi warga setempat. Khan melibatkan beberapa pemuda desa untuk membantu mengelola angkringan, dari memasak hingga melayani pengunjung. “Kami ingin angkringan ini juga memberi manfaat bagi warga sekitar. Setidaknya ada tambahan penghasilan untuk mereka,” kata Khan dengan bangga. Selain itu, Khan juga sering bekerja sama dengan komunitas lokal untuk mengadakan acara seni dan budaya kecil-kecilan di angkringan ini.

Menurut Siti, seorang warga lokal, angkringan ini telah menjadi pusat kegiatan komunitas seni dan budaya. “Kadang ada pertunjukan seni kecil-kecilan di sini. Anak-anak muda sering mengadakan diskusi budaya sambil ngopi. Tempat ini sudah seperti ruang budaya bagi kami,” ungkapnya. Khan juga mengadakan lokakarya tentang kerajinan tangan dan malam cerita rakyat yang diminati banyak pengunjung.

Pak Slamet, seorang pengunjung tetap angkringan, mengapresiasi usaha Khan dalam melestarikan budaya lokal. “Jarang sekali ada tempat seperti ini yang menawarkan suasana angkringan tradisional sekaligus nilai sejarah. Saya selalu membawa teman atau keluarga ke sini kalau mereka datang ke Yogyakarta,” ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun