Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Genealogi Diskriminasi, antara Misinformasi dan Misinterpretasi

10 Desember 2019   21:25 Diperbarui: 10 Desember 2019   21:39 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita masih saja mendiskriminasi individu hanya karena ia berasal dari kelompok yang, secara statistik, memang benar seperti yang dituduhkan dengan tidak mengindahkan pengecualian bagi individu yang mungkin saja tidak mengikuti tren kelompoknya maka perlakuan diskriminatif kita terhadap individu itu tetap tidak bisa dibenarkan. Individu itu tidak perlu menanggung dosa dari kejahatan yang dilakukan atas nama kelompoknya.

Pilih Kasih atau Diskriminasi?

Membeda-bedakan perlakuan terhadap orang lain tidak melulu bersifat diskriminatif. Terkadang, berdasarkan pertimbangan tertentu, beberapa orang mendapat perlakuan berbeda dari yang lainnya. Lebih supel dengan keturunan Tionghoa, misalnya, tidak berarti pilih kasih atau tidak mendahulukan teman-teman lainnya. Hal itu dilakukan agar kawan kita dari etnis Tionghoa ini merasa diterima dengan baik oleh masyarakatnya.

Sama halnya dengan menentukan prioritas, perlakuan mendahulukan seseorang ketimbang yang lainnya lebih memperhatikan kebutuhan bukannya afiliasinya dengan kelompok tertentu. Memberikan ruang prioritas terhadap perempuan di fasilitas publik bukan karena stereotipe tertentu tapi data menyebutkan mereka rentan mengalami pelecehan.

Preservasi lingkungan dan hutan lebih diutamakan ketimbang pembangunan infrastruktur tidak berarti kita tidak pro dengan pembangunan namun lebih kepada menjaga sumber makanan dan kebutuhan hidup kita sendiri. Iya, diskriminasi tidak hanya menyasar dinamika manusia namun juga dinamika struktur serta lembaga yang melingkupi interaksi manusia.

Simpulannya, tidak semua perlakuan berbeda dapat disebut diskriminatif. Diskriminasi mengandaikan perlakuan berbeda yang disebabkan oleh informasi yang tidak faktual atau benar yang diterima mengenai kelompok atau konsep tertentu. Perlakuan berbeda lainnya bisa diterapkan untuk menutupi kebutuhan tertentu seperti menyatakan dukungan atau menegaskan sikap terhadap fenomena tertentu.

Mengenali perlakuan berbeda ini sesuai dengan maksud yang melandasinya sangat krusial. Sebab kita cenderung merujuk pada suatu pola yang pernah dikenali sebelumnya. Taruhlah seperti stereotipe yang memang betul akurat dan stereotipe ini dimulai dari anggapan tentang kelompok tertentu. Bisa dikatakan bahwa apa yang ditakutkan betul menjadi kenyataan. Nah, ini bisa menjadi polemik berkepanjangan.

Sebagai contoh para imigran yang masuk ke suatu negeri untuk mencari suaka. Mereka dianggap akan menimbulkan masalah baru dan ditakutkan akan meningkatkan angka kriminalitas di kelompok mereka sendiri. Taruhlah hal itu memang terjadi seperti yang dikhawatirkan. Penyebabnya sebut saja kemiskinan dan bertahan hidup. Data itu akan menggiring opini masyarakat untuk mendiskreditkan seluruh imigran secara rata tanpa menimbang kondisi mereka.

Penyesatan informasi seperti itu bukan hanya disebabkan oleh praduga berlebihan yang tidak mengindahkan fakta. Terkadang, hal seperti itu juga disebabkan oleh salah tafsir terhadap teks-teks tertentu. Kasus yang melibatkan hal itu biasanya ditemui di kalangan konservatif atau fundamentalis. Uniknya, diskriminasi itu tidak didasarkan pada fakta empiris seperti pada kasus imigran tadi namun didasarkan pada tafsir terhadap hukum tertentu.

Seperti mengatur bagaimana perempuan berpakaian yang tertutup dan terisolasi dari laki-laki bukan mahram sepenuhnya yang didasarkan oleh tafsir terhadap teks suci namun menyangsikan fakta empiris bahwa pelecehan fisik dan catcalling juga dialami oleh perempuan berhijab juga marak terjadi. Pertentangan antara tafsir hukum dan data empiris juga sering melatarbelakangi perilaku diskriminatif.

Masalah ini perlu dibahas secara terpisah karena cakupan bahasan dan argumentasi yang luas. Di sini, kita perlu menjernihkan akar persoalan mengapa diskriminasi berlaku dan sejauh mana batasannya. Dari penjelasan panjang sedari tadi, mungkin ada yang menyimpulkan ada baiknya kita memandang seseorang sebagai individu terpisah dari berbagai latar belakang baik kelompok sosial maupun kategorisasinya untuk menjaga nilai moralitas kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun