Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Moral dan Etika, Ada Tanggung Jawab Institusi Pendidikan di Sana!

6 November 2019   19:25 Diperbarui: 7 November 2019   16:28 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi institusi pendidikan. (sumber: kompas)

Lalu, Sekolah dan Kampus itu apa gunanya?

Pendidikan mengandaikan sebuah program holistik yang juga komprehensif pada saat bersamaan. Oleh sebab itu, pendidikan tidak terpaku pada aspek intelektual. 

Sekolah dan Kampus tidak hanya menuntun peserta didik tentang apa yang mesti dipikirkan dan bagaimana cara berpikir namun juga menuntun mereka tentang apa yang mesti dibutuhkan, dirasakan, dilakukan, hingga ingin jadi apa di kemudian hari dan bagaimana cara mewujudkan hal-hal tersebut.

Dengan kompleksitas kurikulum dan tuntutan terhadap Sekolah dan Kampus hari ini, sulit untuk menampik fakta bahwa institusi pendidikan itu perannya jauh melampaui institusi sosial seperti keluarga. Guru dan Dosen berlaku sebagai orang tua yang bahkan pengaruh dan tanggungjawabnya sampai ke rumah.

Masyarakat menuntut Sekolah dan Kampus untuk sukses merekayasa perilaku peserta didik menjadi bermoral. Persoalannya, konsepsi masyarakat itu sendiri dan didukung penuh oleh pembuat kebijakan di bidang pendidikan, yang tidak melakukan Sekolah dan Kampus melaksanakan tugas tersebut. Konsepsi itu kita sebut sebagai Ruang Kelas.

Bagi orang tua dan masyarakat, bersekolah atau ngampus adalah menghadirkan raga peserta didik di ruang kelas. Mereka disebut tidak belajar ketika berada di komunitas minatnya, di museum, di diskusi ruang terbuka, atau bahkan saat peserta didik itu turun ke jalan menyuarakan aspirasi politiknya sebagai partisipan demokratis.

Padahal, seperti ruang lainnya di mana peserta didik mampu memaknai keberadaannya di tengah lingkungan dan aktif melakukan pembacaan atasnya, Sekolah dan Kampus adalah rumah. Demikian halnya dengan Rumah Ibadah, Gedung Pemerintahan, Fasilitas Publik, di mana pun peserta didik itu berada maka itu adalah Rumah.

Konsepsi Rumah sebagai tawaran solusi terhadap konsepsi Ruang Kelas dilandasi oleh simpulan bahwa peserta didik bebas melakukan aktivitas belajar dan dituntun oleh lingkungan di mana ia sedang berada untuk memaksimalkan pembenahan dan pengembangan diri. 

Graham Haydon dalam Teaching About Values: A New Approach menyiratkan bahwa jika Sekolah adalah ruang maka ruang itu tidak dikatakan terisi dengan hanya memuat kapasitas kognitif. Bahkan, menurut Paulo Freire, pendidikan itulah yang justru menjadi bekal bagi peserta didik untuk menciptakan ruang kreasi di lingkungannya.

Sebab selayaknya Ruang lain di mana peserta didik berada, Sekolah dan Kampus memuat instruksi formal mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Demikian pula dengan Rumah Ibadah, Fasilitas Publik, hingga Ruang pribadi. Namun di ruang itu pasti terjadi interaksi sosial di mana hubungan antar sesama terbangun dan terjalin.

Ada persahabatan yang terjalin dan terputus, konflik yang muncul dan diselesaikan, pencapaian yang dirayakan, hingga musibah yang ditangisi bersama-sama. Di ruang-ruang itu, kerjasama dan seteru, pemaksaan dan pemberontakan, serta kebaikan dan keburukan mewarnai relasi antar peserta didik dan mendapat panggungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun