Demikian pula dengan pemuda tadi. Meski pilihan itu adalah haknya, segala bentuk konsekuensinya akan dialamatkan kepadanya. Semua orang mencibirnya karena pendidikan yang dijalaninya tidak mampu mengantarkannya ke kehidupan mapan. Padahal, mungkin saja pemuda tadi sudah merasa mapan dengan kondisinya. Namun, lingkungan sekitarnya akan terus menghantui akibat dari pilihan yang dulu dibuat pemuda itu.
Pemuda itu tidak perlu menanggapi apa yang orang lain pikirkan. Ia tetap mampu memberikan kontribusinya tanpa harus tenggelam dalam penyelesalan oleh pilihannya yang keliru. Saya pernah menghadapi beberapa Mahasiswa(i) yang, akibat keliru menentukan pilihan, mengucapkan:
"Maaf, pak, ini karena kelalaian saya." atau
"Mohon dimaklumi, pak, saya tidak tahu kenapa saya bisa seperti ini."
Menanggapi hal itu, saya pun mengajak mereka mendiskusikan pernyataan mereka dengan menimbangnya berdasarkan sepotong Puisi yang ditulis Peter Duff:
Kedua, frasa 'kelalaian saya' merupakan bentuk penafian akan kemandirian subjek. Seolah-olah yang kesalahan itu dibuat oleh 'kelalaiannya' dan bukan oleh dirinya. Memangnya kelalaian itu terjadi di luar kuasa dirinya?
Ketiga, klausa 'saya tidak tahu kenapa saya bisa seperti ini' tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sebab predikat 'tidak tahu' tidak bisa disandang secara bersamaan dengan 'bisa' oleh subjek yang sama yaitu 'saya'. Sederhana saja, apakah subjek yang 'tidak tahu' sesuatu kemudian 'bisa' melakukan sesuatu itu? Subjek mungkin saja 'tidak sadar' ketika ia 'bisa' melakukan sesuatu namun tidak mungkin ia 'tidak tahu'.
Taruhlah, gerakan refleks ketika menghadang benda yang membahayakan dirinya. Gerakan itu merupakan respon dari tubuh yang menjadi bagian diri subjek meski saat itu pikiran subjek tidak menyadarinya.
Lalu bagaimana dengan mereka yang seenaknya 'bisa' membuang sampah seenaknya meski 'tidak tahu' bahwa perbuatan itu merusak lingkungan? Nah, begini, mereka mesti 'tahu' membuang sampah sebelum 'bisa' membuang sampah. Jadi, yang mereka tahu itu membuang sampah, masalah akibat kerusakan lingkungan yang mereka 'tidak tahu' itu soalan lain.
Terhadap pernyataan-pernyataan Mahasiswa(i) tadi, saya beri masukan untuk mengubah kalimatnya seperti berikut:
"Saya akui bahwa saya lalai. Jika bapak keberatan, saya mohon maaf." dan
"Saya akan bertanggungjawab atas kesalahan saya, pak. Jika bapak berkenan, saya mohon maklum."