Hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui science ada lah pengetahuan rasional empiris. Sehingga hipotesis yang dihasilkannya pun harus berdasarkan rasio, dengan kata lain hipotesis harus rasional. Misalnya, untuk sehat diperlukan gizi, telur banyak mengandng gizi, karena itu, logis bila semakin banyak makan telur akan semakin sehat. Hipotesis ini belumlah diuji kebenarannya. Kebenarannya barulah dugaan. Tetapi hipotesis itu telah mencukupi dari segi kerasionalannya. Dengan kata lain, hipotesis di atas rasional. Kata "rasional" di sini menunjukkan adanya hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat. Selanjutnya masalah empiris. Untuk menguji hipotesi s di atas, maka (kebenarannya) harus mengikuti prosedur me tode ilmiah. Untuk menguji hal itu, haruslah digunakan metode eksperimen dengan cara mengambil satu atau dua sampel kampung yang disuruh makan telur secara teratur selama setahun sebagai kelompok eksperimen, dan meng ambil satu atau dua kampung yang lain yang tidak boleh makan telur, juga selama setahun itu, sebagai kelompok kontrol. Pada akhir tahun, kesehatan kedua kelompok itu diamati. Ha silnya, kelompok kampung yang makan telur ratarata lebih sehat.
Dengan eksperimen tersebut, dapatlah dibuat sebuah sim pulan awal bahwa semakin banyak telur dimakan akan semakin sehat, dengan demikian telur berpengaruh positif terhadap kesehatan terbukti. Setelah mengikuti alur pembuk tian terhadap hipotesis yang dilakukan secara berulangulang, maka hipotesis tadi dapat berubah menjadi teori. Teori yang dimaksudkan bahwa "semakin banyak makan telur semakin sehat" atau "telur berpengaruh positif terhadap kesehatan," adalah teori yang rasional---empiris. Teori se perti inilah yang disebut teori ilmiah (scientiictheory). Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa alur pikir yang ra sionalempiris sebagaimana diuraikan di atas juga berlaku dalam teori science.
Pada dasarnya, cara kerja scien ce adalah kerja mencari hubungan sebab akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar lain ialah tidak ada kejadian tanpa sebab. Asumsi ini oleh Fred N. Kerlinger dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hok (ini, tentu disebabkan oleh ini).14 Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional. Pengetahuan yang melalui tahapan science pada da sarnya akan bermuara pada teori. Teori itu menerangkan hubungan sebab akibat. Science tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah atau tidak indah; science hanya memberikan nilai benar atau salah. Kenyataan inilah yang menyebabkan ada orang menyangka bahwa science itu netral. Dalam konteks seperti itu memang ya, tetapi dalam konteks lain belum tentu ya.
 Ketika science menitikberatkan hubungan sebab akibat, maka science tentulah memiliki objek (yaitu, objek yang yang diteliti sains). Dalam pandangan Jujun, yang dimaksud denga n objek science adalah semua objek yang empiris.15 Dalam ini, objek kajian science hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Oleh karena itu, objek kajian science haruslah objekobjek yang empiris sebab buktibukti yang empiris yang harus ditemukan adalah buktibukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis. Pertanyaan yang menarik kemudian untuk diajukan sehubungan dengan objek adalah apakah objek yang boleh diteliti oleh science itu bebas atau tidak? Hal ini dapat diartikan apakah science boleh meneliti apa saja asal empiris? Objekobjek yang dapat diteliti oleh science banyak sekali seperti alam, tumbuhan, hewan, dan manusia, serta kejadianke jadian di sekitar alam, tumbuhan, hewan, dan manusia. Da ri penelitian itulah muncul teriteori science. Teoriteori itu dapat berkelompok atau dikelompokkan dalam masingmasing cabang science.Â
Menjawab pertanyaan di atas, tentunya akan menimbulkan kontroversi tersendiri. Hal ini dikarenakan dalam kebebasan yang melekat pada science mengenai apa yang dapat di teliti sepanjang empiris, maka menurut ilsafat agama, mung kin hal tersebut bertentangan. Hal ini dikarenakan science memiliki keterbatasan dalam membuktikan apakah segala sesuatu itu rasional atau tidak. Dalam hal terjadi masalah yang dihadapi oleh manusia, maka science juga menyelesaikannya dengan pendekat an science. Dahulu orang mengambil air di bawah bukit. Tatkala akan mengambil air, orang melalui jalan menurun sambil membawa wadah air. Tatkala pulang ia melalui jalan menanjak sambil membawa wadah yang berisi air. Itu menyulitkan kehidupan. Untuk memudahkan, orang membuat sumur, sehingga air dapat diambil dari sumur yang dapat dibuat dekat rumah.Â
Sejak kampung itu berdiri ratusan tahun yang lalu, sampai tahuntahun belakangan ini penduduknya hidup dengan tenang. Tidak ada kenakalan. Anakanak dan remaja begitu baiknya, tidak berkelahi, tidak mabukmabukan, tidak mencuri, tidak membohongi orangtuanya. Senang sekali bermukim di kampung itu. Tibatiba jalan raya melintasi kampung itu. Listrik dipasang penduduk mendapat listrik dangan harga murah dan penduduk pun senang. Beberapa tahun kemudian, anak mereka nakal. Anak me reka sering berkelahi, mabuk, mencuri, membohongi orang tuanya. Penduduk sering bertanya "Mengapa keadaan be gini?" Mereka menghadapi masalah. Mereka memanggil ilmuwan, meminta bantuannya untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Apa yang akan dilakukan oleh ilmuwan itu? Ternyata ia melakukan langkahlangkah sebagai beriku.
Pertama, ia mengidentiikasi masalah. Ia ingin tahu seper ti apa kenakalan remaja yang ada di kampung itu. Ia ingin tahu lebih dahulu, secara persis, misalnya beberapa orang, siapa yang nakal, malam atau hari apa saja kenakala n itu dilakukan, penyebab mabuk, berkelahi dangan siapa, dan apa penyebabnya. Ia ingin tahu sebanyakbanyaknya atau selengkaplengkapnya tentang kenakalan yang dicerita kan oleh orang kampung kepadanya, ia seolaholah tidak per caya begitu saja pada laporan orang kampung tersebut. Ia mengidentiikasi masalah itu. Identiikasi biasanya dilakukan dengan cara mengadakan penelitian. Hasil penelitian itu ia analisis untuk mengetahui secara persis segala sesuatu di seputar kenakalan itu tadi.Â
Kedua, ia kembali mencari teori tentang sebabsebab kenakalan remaja. Biasanya ia cari dalam literatur. Ia menemukan ada beberapa teori yang menjelaskan sebabsebab kenakalan remaja. Di antara teori itu ia pilih teori yang diperkirakan paling tapat untuk menyelesaikan masalah kenakalan remaja di kampung itu. Sekarang ia tahu penyebab kenakalan remaja di kampung itu.Â
Ketiga, ia kembali membaca literatur lagi. Sekarang ia mencari teori yang menjelaskan cara memperbaiki remaja nakal. Dalam buku ia baca, bahwa memperbaiki ramaja nakal harus disesuaikan dengan penyebabnya. Ia sudah tahu penyebabnya, maka ia usulkan tindakantindakan yang harus dilakukan oleh pemimpin, guru, organisasi pemuda, ustaz, orang tua remaja, dan polisi serta penegak hukum. Demikian biasanya cara ilmuwan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Itu adalah cerita tentang cara science menyelesaikan masalah. Cara ilsafat dan mistik tentu lain lagi. Langka baku science dalam menyelesaikan masalah: identiikasi masalah, mencari teori, menetapkan tindakan penyelesaian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI