Mohon tunggu...
Azkia Tuzzahra
Azkia Tuzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adanya Kesusastraan Tradisional Bali

7 Juli 2023   11:26 Diperbarui: 7 Juli 2023   11:45 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Azkia Tuzzahra

Universitas Muhammadiyah Jakarta 

Adanya Kesusastraan Tradisional Bali 

Sastra Tradisional adalah sastra rakyat yang termasuk suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun menurun, dari generasi ke generasi, cerita ini hidup dikalangan rakyat, biasanya disampaikan secara lisan, sehingga disebut juga sebagai sastra lisan. Sastra tradisional ini mempunyai ciri cerita sederhana yang bersifat sentris, dan anonym (tidak diketahui pengarangnya). Dalam karya sastra tradisional ada beberapa jenis yaitu Mantera, Pribahasa, Pantun, Teka -- Teki, Cerita Jenaka, dan Cerita Pelipur Lara. Ada beberapa sastra tradisional di Indonesia ada kesusastraan bali Menurut katagori periodisasinya kesusastraan Bali ada yang disebut Sastra Bali Purwa dan Sastra Bali Anyar. Sastra Bali Purwa maksudnya adalah salah satu Sastra Bali yang diwarisi secara tradisional dalam bentuk naskah-naskah lama. Sastra Bali Anyar yaitu karya sastra yang diciptakan pada masa masyarakat Bali telah mengalami modernisasi. Ada juga yang menyebut dengan sebutan Sastra Bali Modern. Sastra Bali sebelum dikenal adanya kertas di Bali, umumnya ditulis di atas daun lontar. Karena ditulis di atas daun lontar, "buku sastra" ini disebut dengan "lontar". Memang ada bentuk tertulis lainnya, seperti prasasti. dengan menggunakan berbagai media seperti batu dan lempengan tembaga, namun tidak terdapat karya Sastra Bali ditulis di atas bilah bambu, kulit binatang, kayu, kulit kayu. Belakangan setelah dikenal kertas, penulis karya sastra Bali menuliskan karyanya di atas kertas, bahkan sudah banyak diketik. Bahasa yang digunakan untuk menulis Sastra Bali ada tiga jenis yaitu Bahasa Jawa Kuno (Kawi Bali), Bahasa Jawa Tengahan, Bahasa Bali.

Kesusastraan Bali Purwa

Kesusastraan Bali purwa merupakan sastra klasik atau kuno yang diwujudkan dalam gubahan dan prosa yang indah. sastra Bali purwa adalah sastra klasik atau lama atau kuno dengan formulasi sebagai sastra Bali yang bercorak dan bersifat tradisi atau warisan secara turun-temurun dari masa lampau. Sastra Bali purwa dikenal juga sebagai sastra Bali tradisional, yang merupakan himpunan karya-karya sastra yang dibangun atas struktur tradisional. sastra Bali purwa adalah sastra klasik atau lama atau kuno dengan formulasi sebagai sastra Bali yang bercorak dan bersifat tradisi atau warisan secara turun-temurun dari masa lampau. Sastra Bali purwa dikenal juga sebagai sastra Bali tradisional, yang merupakan himpunan karya-karya sastra yang dibangun atas struktur tradisional.

Sejarah dalam Kesusastraan Bali Purwa Menurut Suardiana dalam jurnalnya, bahwa perkembangan kesusastraan Bali dilihat secara periodik perzaman. Sebagai sastra klasik atau kuno, kesusastraan Bali purwa menjadi cikal bakal kesusastraan Bali yang selanjutnya, yang dikenal sebagai kesusastraan Bali anyar. Secara historis, kesusastraan Bali purwa telah terlihat perkembangannya sejak zaman Bali Kuna, tepatnya pada Dinasti Warmadewa pada abad IX.
Hal ini disimpulkan dari kata 'parbwayang' dalam prasasti untuk menyebut pertunjukan wayang, meskipun hingga saat ini belum ditemukan bukti arkeologis atau tertulis tentang sastra Bali kuna dari abad tersebut. Suardiana, mengutip Sancaya (1999) menjelaskan bahwa kesusastraan Bali kuna pernah ada, tetapi bukti-bukti itu tidak sampai ke zaman ini karena ditulis menggunakan bahan-bahan yang tidak tahan lama dan tidak disimpan dengan baik Pada abad berikutnya, sastra Bali berkembang sejak adanya pengaruh sastra Jawa. Pada zaman itu, raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan keturunan wangsa Sindok dari Jawa Timur membuat proyek untuk menerjemahkan ajaran-ajaran Bhagawan Byasa ke dalam bahasa Jawa. Kemudian Raja Erlangga yang merupakan putra raja Udayana menggantikan Dharmawangsa Teguh. Raja Erlangga memberikan iklim yang sangat baik bagi perkembangan sastra di Bali. Salah satu karya sastra pertama yang dibuat adalah Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa, yang dikenal populer hingga sekarang di kalangan masyarakat Hindu, khususnya di Bali.

Kemudian saat Kerajaan Majapahit muncul, sastra Jawa semakin berkembang dan pengaruhnya juga masuk ke Bali. Pada abad XVI, atau zaman Gelgel, kesusastraan Bali tumbuh dengan pesat. Dang Hyang Nirartha dan muridnya Ki Gusti Dauh Baleagung merupakan dua sosok pengawi yang menghasilkan banyak karya sastra pada masa itu. Di antaranya Kidung Pamancangah dan Dwijendra Tattwa. Zaman Gelgel dilanjutkan dengan zaman Klungkung di mana sastra Bali menyebar rata ke Pulau Dewata. Di penghujung abad ke-20 pun masih ada pengarang kesusastraan Bali purwa yang dikenal seperti Ida Ketut Sari dari Desa Sanur, Ida Bagus Putu Maron dari Desa Ubud, I Nyoman Jelada, hingga Ida Bagus Rai dari Gria Mangasrami Ubud.

kesusastraan Bali Anyar

Sastra Bali Anyar adalah karya sastra yang diciptakan pada masa masyarakat Bali telah mengalami modernisasi. Ada juga yang menyebut dengan sebutan Sastra Bali Modern. Sastra Bali sebelum dikenal adanya kertas di Bali, umumnya ditulis di atas daun lontar. Contoh dari kesustastraan bali anyar yaitu satua bawak atau disebut cerpen, bawa atau disebut novel, puisi bali anyar dan lelampahan atau disebut drama. Setelah Kolonial Belanda mengambil kontrol total pulau ini pada tahun 1906 melalui penaklukan Kerajaan Badung dan melemahnya Kerajaan Klungkung, pada tahun 1908 mereka mulai mendirikan sekolah untuk orang Bali yang menggunakan kurikulum Barat sebagai bagian dari kebijakan etis mereka. Melalui sekolah-sekolah tersebut, siswa-siswa Bali mulai mempelajari bentuk-bentuk novel, cerpen, puisi, dan drama lulusan tersebut kemudian mengajar orang lain dan bereksperimen dengan menulis. Ini mengarah pada terciptanya karya modern pertama di Bali.

Meskipun beberapa cerita pendek dalam bahasa Bali pernah diterbitkan, seperti "Balian" oleh I Mad Pasek pada tahun 1913 serta "Loba" dan "Anak Ririh" oleh Mas Nitisastro pada tahun 1925, periode modern umumnya dianggap dimulai pada 1931 dengan diterbitkannya novel I Wayan Gobiah berjudul Nemoe Karma, novel pertama dalam bahasanya, Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa novel lebih mudah diperoleh pembaca daripada cerita pendek, Antara 1931 dan 1959, hanya dua karya sastra Bali modern yang diterbitkan: novel berseri Mlantjaran ka Sasak, diterbitkan di Djatajoe dari tahun 1935 hingga 1939 dan antologi puisi Basa Bali, diterbitkan dalam Medan Bahasa Basa Bali pada Maret 1959. Namun, para penulis Bali juga tetap berkontribusi pada sastra nasional dengan menulis dalam Melayu dan, kemudian, dalam Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun