Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Trainer, Personal Coach, Terapist, Hipnoterapist, Pembicara, Online Marketer, Web Design

Praktisi Kehidupan, Kompasianer Brebes www.azizamin.net Founder MPC INDONESIA www.mpcindonesia.com WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Amankah Anak Menonton Televisi Sendiri?

3 Juni 2018   12:33 Diperbarui: 4 Juni 2018   09:14 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi: www.medicaldaily.com

" Budi sangat nakal, ia sering kali berantem dan membuat temannya menangis, kadang kalau nggak dipukul, ditendang, kadang ditabrak dengan sepedanya, ia baru 6 tahun, lagaknya kaya anak dewasa, kalau lagi marah ia ngamuk dan apa aja dirusak " kataya.

Susah, sudah diajak bicara baik baik, kadang ia Cuma diam dan mengangguk, tapi lain kesempatan ya begitu lagi. " kalau diingatkan malah makin jadi ngamuknya, saya bingung ia kenapa ?, apa ini karena pengaruh mahluk gaib jin / setan ? " tambahnya.

KEMBALI BUDI JADI KORBAN

Kembali lagi budi jadi korban dan orang tua tidak terima kalau saya sebut budi ( nama ilustrasi ) sebagai korban, karena bagi orang tuanya bahwa yang jadi korban anak -- anak tetangganya, dirinya dan perabotan rumah yang serig dirusak budi ya korbannya.

Dan dalam kaca mata mereka bahwa budi adalah " pelaku ".

Ingat anak tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, kalau merujuk pada pemahaman saya tentag pikiran bahwa anak -- anak relatif ia dalam aktifitas kesehariannya berada dalam gelombang otak alfa dan theta.

Artinya gelombang tersebut adalah gelombang pikiran bawah sadar, ia melakukan apapun itu sesuai dengan apa program pikiran bawah sadar anak, dimana apapun yang sebelumnya ia lihat, ia dengar dan ia rasakan akan masuk dan tersimpan sebagai data dasar pikirannya yang akan ia model.

Contoh :

Saat orang tua suka nyanyi dirumah, maka anak cenderung akan merekam apa yang menjadi aktifitas orang tua dan mengikutinya suka bergumam atau menyanyi.

Kalau orang tua suka bersolek, maka anak juga demikian, termasuk saat orang tua rajin mengaji / baca Al Qur'an, maka anak juga akan mengikutinya.

Sederhanaya adalah bahwa karena anak itu masih polos nggak punya data apapun yang ada ia akan mengambil data dari apapun yang ia lihat, dengar dan rasakan termasuk dari kejadian -- kejadian yang ada di rumah.

Bahwa saya lebih menyebut budi sebagai korban karena ia berada di tempat dan waktu yang salah saat ada program yang sekarang terlanjur ada dan tertanam dalam pikiran budi, ia korbannya dan siapa pelakunya ?  "nggak penting !!!"

SIAPA SAJA ORANG DISKITAR ANAK ?

Bapaknya cerita ia sama sekali bukan anak yang biasa yang suka maen dengan temannya, ia anak yang baik sebenarnya, sangat mandiri dan lebih suka mengerjakan sendiri, dan menurut mereka kejadian dirumah dalam batas wajar dan normal, bahkan tidak ada kekerasan baik antara suami istr maupun seorang rewang ( pekerja rumah tangga ).

Tapi kenapa ia begitu ?

Ia ebih banyak menghabiskan waktunya di kamar, main game dan menonton televisi sendiri, kami hanya memberikan akses ke film kartun anak dan permainan yang ia sukai.

Apapun kebutuhannya kami selalu penuhi, karena kalau ia minta dan kami tidak penuhi lagi lagi ia akan melempari semua mainan robot, mobil dan banyak hal kemanapun tanpa kendali, "saya pikir ini pengaruh jahat" jelasnya.

WASPADA PENGARUH JAHAT TONTONAN ANAK

Orang tua zaman now memang pola pikirnya sederhana dan praktis, cukup belikan tv besar, tablet dan akses game dan tontonan film anak dianggap cukup.

Saat sudah begini yang disalahkan mahluk gaib bangsa setan dan jin, " kasihan kau jin dan setan "

Saya sangat sepakat ini ulah dan campur tangan seta dan jin tapi bukan secara harfiah dimaknai ada jin dan setan didalamnya secara nyata berbentuk setan yang ada di televisi, melainkan sifat -- sifat yang melekat didalamnya.

Secara ilmuah bahwa diawal saya menjelaskan bahwa gelombang alfa dan theta yang dominan aktif pada anak menjadikan anak relatif sangat sugestif, mudah menerima sugesti dari luar yang salah satunya adalah televisi dan game, tinggal yang jadi pertanyaannya apa yang ia tonton dan apa yang ia dengar dan rasakan.

Kalau yang ia tonton tentang film islami, cerita nabi dan do'a  - do'a pendek tentu akan memiliki nilai positif dimana itu akan menjadi program bawah sadar anak karena ia akan memodel, mencontoh dan merekamnya sebagai data dalam pikiran bawah sadar.

Tapi ini akan berbeda cerita kalau yang ditonton adalah tindak kekerasan, peperangan dan kasus permainan yang melibatkan sosok superhero dan penjahatnya. Hal ini yang seringkali sangat berbahaya kalau saat anak nonton semua itu tanpa dampingan orang tua.

Mereka akan dengan sangat sempura merekam dan mengakses apa yang ia lihat, dengar dan rasakan, jadi wajar saat anak assosiate, ia merasa masuk ke dunia tontonannya ia bisa saja berperan jadi siapapun dan saat itu terjadi sifat, karakter dan prilakunya akan menjadikan ia melakukan hal yang sama dengan modelnya.

ORANG TUA SEBAGAI FILTER DAN PENERJEMAH

Mendampingi anak menonton televisi dan game sangat penting orang tua mendampingi walau bisa anda pastikan tidak ada unsur parnografi dal lainnya, tapi tidak hanya cukup filter disitu, dalam sebuah film pasti ada banyak dialog dan kosakata baru yang bagi anak ia akan mencari pemahaman maknanya dan seringkali gambar dianggap sebagai pemaknaan yang baik atas suara yang didengarkan.

Maka kata " maen robot -- robotan ", ia akan otomatis akses menjadi robot, dan sifat robot muncul, siapapun yang melarang adalah musuh, dan musuh harus di serang, sampai nangis kalau perlu, karena menangis seringkali dijadikan simbol kekalahan lawan dan kemenangan baginya.

Mendampingi anak adalah sebagai filter, bila ada kalimat yang sekiranya butuh terjemahan dan memberikan makna ulang yang lebih positif.

Contoh :

Saat robotnya berantem, maka orang tua kasih sugesti positif, " nak..., kalau robot yang baik nggak suka berantem, baik sama teman -- temannya, kamu kan anak ibu yang baik jadi kamu harus jadi robot yang baik ya, sama teman teman juga baik ".

"masa robot berantem terus, kapan maennya yah ? "

Saat anak mulai terlibat akan makin asik, " berarti tobotnya jahat ya mah ? "

" ya kalau robotnya suka berantem ya nggak baik oh, anak mamah tah baik semua, kamu juga, robotnya biar yang disitu berantem itu hanya bohong -- bohongan ko, kan film, kamu nggak boleh kata gitu ya, kamu lihat filmnya aja, kamu jadi anak yang baik aja sayang sama teman -- teman semua yah .. "

------------------------------ saatnya orang tua cerdas dan belajar komunikasi hipnotik untuk memfilter dan memilah milih informasi yang jadi program dasar anak, sukses anak Indonesia dan orang tua sebagai tokoh idola dengan pola komunikasi hipnotik.

Disarikan dari :
Kasus Anak di Griya Hypnotherapy MPC  

 

Aziz Amin | Kompasianer Brebes
Trainer & Hypotherapist MPC School of Hypnotism
WA : 085742201850

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun