Mohon tunggu...
Azizah Nur Azhari
Azizah Nur Azhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - as a student | communication `20

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga | 20107030027

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ulik Kembali, 5 Tren yang Sempat Booming di Tengah Pandemi

6 April 2021   08:41 Diperbarui: 7 April 2021   05:41 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak dari virus Corona ini memang dirasakan oleh semua orang hampir di seluruh penjuru dunia.

Wabah Covid-19 yang mengharuskan kita untuk melakukan segala aktivitas dari rumah saja cukup membuat bosan tentunya. Itulah mengapa banyak orang mencari kegiatan-kegiatan baru untuk membunuh rasa bosan selama masa pandemi.

Tren dari berbagai jenis makanan, olahraga hingga fashion menjadi viral dan bertebaran di media sosial.

Berikut adalah berbagai hal yang sempat menjadi perbincangan publik dan banyak diburu orang selama masa pandemi. Yuk simak apa saja !

1. Dalgona Coffe


sumber gambar : @lacuocainpigiama
sumber gambar : @lacuocainpigiama

Tren yang awalnya muncul pertama kali dari Korea Selatan yaitu Dalgona Coffee. Tren ini mungkin pernah dicoba hampir semua orang selama masa pandemi.

Selain dari rasanya yang enak, bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan Dalgona ini cukup sederhana. Bahan-bahan yang digunakan mudah untuk didapatkan dengan harga yang sangat terjangkau, diantaranya yaitu :  1 sdm kopi bubuk instan, 1 sdm gula pasir, 1 sdm air panas, 200 ml susu cair, dan es batu secukupnya.

Langkah pertama, tuangkan kopi instan, gula, dan air panas kedalam wadah (mangkuk). Kemudian aduk semua bahan tersebut dengan menggunakan whisk, jika tidak ada bisa menggunakan sendok atau garpu.

Dalam proses pengadukan ini menjadi hal yang menarik karena membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 3-5 menit.

Jika semua bahan sudah tercampur rata, hingga berwarna coklat muda dan teksturnya mulai menjadi kental, Dalgona siap untuk disajikan.

Kemudian siapkan segelas susu cair yang sudah diberi es batu, lalu tuang adonan Dalgona tersebut diatasnya.

Dalgona Coffe siap untuk dinikmati !

2. Korean Cheese Garlic Bread

sumber gambar : @dianhippy
sumber gambar : @dianhippy

Selain dari tren minuman kekinian seperti Dalgona Coffe, tren dari makanan berbahan roti dengan keju melimpah "Korean Cheese Garlic Bread" juga sempat menjadi perbincangan publik ditengah pandemi. Bahkan hampir semua pengguna media sosial membagikan foto atau video makanan asal Korea Selatan ini.

Korean Garlic Cheese Bread rupanya sudah terlebih dahulu viral di Korea Selatan sejak akhir tahun 2019 lalu. Biasanya makanan ini dijual sebagai jajanan kaki lima dan dibandrol dengan harga 3.900 won atau sekitar Rp. 47.000.

Roti ini cukup berbeda dengan roti lainnya. Keunikan dari bagian tekstur luar roti ini yang terasa renyah, namun memiliki tekstur lembut dari cream cheese didalamnya ketika digigit. Terlebih lagi jika disantap ketika masih hangat, akan ada sensasi lumer dari keju mozzarella dan gurihnya bawang putih yang menggugah selera.

Proses pembuatan Korean Garlic Cheese Bread ini tidak terlalu rumit. Bahan-bahan yang digunakan juga mudah untuk didapatkan, seperti butter, saus keju, roti bun, dan bawang putih.

Meskipun rasa yang ditawarkkan memiliki nikmat tersendiri, apalagi proses pembatan yang tidak terlalu sulit. Jangan terkecoh, ternyata hidangan dari bahan roti ini mengandung kalori yang cukup tinggi.

Menurut database makanan dan penghitung kalori, FatSecret, dalam 1 potong Korean Garlic Cheese Bread mengandung 223 kalori. Oleh karena itu, agar tidak terjadi penumpukan lemak, hindari menyantap Korean Garlic Cheese Bread secara berlebihan, ya !

3. Odading

sumber gambar : @mache_kitchen
sumber gambar : @mache_kitchen

Masih perihal makanan, kali ini roti goreng khas Kota Bandung, Odading.

Odading ini mendadak ramai diburu oleh banyak orang ketika video review kuliner yang dibuat para artis Instagram yang viral di berbagai media sosial.

Roti goreng yang biasa disajikan bersama cakwe ini telah ada sejak masa penjajahan Belanda, (dilansir dari makanabis.com). Pada waktu itu ada seorang anak dari tuan tanah Belanda yang minta untuk dibelikan jajanan seorang anak pribumi yang berkeliling.

Sang anak menunjuk-nunjuk makanan yang dijajakan secara berkeliling tersebut. Saat dipanggilkan penjajak makanan tersebut sang anak terus menunjuk dan dengan spontan si nyonya Belanda penasaran dan langsung berseru dengan Bahasa Belanda "o dat, ding " yang artinya "oh yang itu".  

Sejak saat itu, roti goreng ini diberi nama Odading, karena pada saat itu masyarakat sekitar juga tidak memberi nama khusus pada jajanan tersebut.

Selain rasanya yang enak, pembuatan roti goreng ini ternyata cukup mudah dan praktis. Hanya perlu membutuhkan 250 gram tepung terigu protein tinggi, 1 buah telur, 60 gram gula pasir, 1 sendok teh garam, 1 sendok makan ragi instan, 60 gram susu full cream dan 100-200 ml air.

Langkah pertama pembuatan Odading yaitu, melarutkan ragi instan ke dalam air hangat sampai berbuih. Selanjutnya, campurkan semua adonan kering, lalu sisihkan. Kemudian kocok telur dan gula sampai gula terlarut, masukkan ke dalam adonan kering dan dicampur rata. Setelah tercampur rata, tambahkan air, ragi instan dan juga susu full cream ke dalam adonan, aduk sampai kalis. Setelah adonan menjadi kalis, diamkan adonan kurang lebih selama 20 menit. Setelah itu, potong adonan seperti bantal dan goreng dengan api yang sedang sampai berwarna coklat keemas an. Setelah itu sajikan selagi masih hangat, selamat mencoba !

4. Tie Dye

sumber gambar : @102_apparel
sumber gambar : @102_apparel

Beralih ke dunia fashion, tren Tie Dye kembali menjadi sorotan di tengah karantina pandemi Covid-19.

Tren Tie Dye yang diaplikasikan dalam baju yang dikenakan sehari-hari ini sebenarnya bukan hal baru di industri fashion. Tren ini pernah terjadi pada beberapa tahun lalu. Awalnya tren Tie Dye ini merupakan simbol perlawanan di Amerika Serikat.

Kayla Marci, analisis pasar di perusahaan analisis data ritel Edited mengungkapkan Tie Dye menonjol di Barat selama gerakan perlawanan budaya pada 1960-an dan 1970-an.

Pada era 70-an, ia melihat perubahan politik dan budaya. Kondisi demikian kurang lebih mirip dengan kondisi saat ini sehingga ada kebangkitan tren.

"Fashion yang bersifat nostalgia bisa digunakan sebagai bentuk pelarian karena konsumen menghadapi masalah global termasuk pandemi, resesi dan kerusuhan sipil," kata Marci (dikutip dari South China Morning Post).

Biasanya motif Tie Dye banyak ditemui di toko-toko baju di pinggir pantai. Selain menarik, motif Tie Dye juga mampu memberikan kesan nyaman, santai, dan keren.

Cukup mudah dan sederhana, membuat kaos berpola Tie Dye dapat dilakukan dengan mempersiapkan bahan seperti kaos polos berwarna putih, karet, dan berbagai pewarna pakaian.

Kemudian, pola dapat dikreasikan dengan mengikat kaos dengan berbagai teknik, lalu dicelupkan atau ditetesi pewarna pakaian, setelah itu hanya tinggal menunggu bahan kaos mengering.

Pada masa pandemi, motif Tie Dye tidak hanya dibuat untuk pakaian saja, banyak dari masyarakat yang memanfaatkan motif Tie Dye untuk diaplikasikan pada masker.

5. Tren Sepeda di tengah Pandemi

sumber gambar : @maen.bike
sumber gambar : @maen.bike

Pada masa pandemi, semua orang pastinya takut akan tertular virus Covid-19 yang tergolong cepat penyebarannya. Hal ini membuat masyarakat melakukan karantina mandiri di rumah agar bisa mengurangi dampak penyebaran virus Covid-19.

Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan yang dilakukan di rumah saja pastinya menimbulkan efek kebosanan dikalangan masyarakat, apalagi hal ini sudah dilakukan selama berbulan-bulan.

Beberapa tren dilakukan oleh masyarakat seperti membuat vlog dari rumah, membuat konten-konten Instagram atau Youtube. Selain itu dari segi olahraga, tren yang paling banyak digemari mayarakt selama pandemi adalah bersepeda.

Tren Sepeda ini sempat menjadi incaran masyarakat di berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Tren ini menjadi banyak digemari masyarakat karena mereka beranggapan bahwa olahraga ini tidak berdekatannya dengan orang lain yang mana sesuai dengan anjuran pemerintah untuk menjaga jarak satu sama lain.

Awal mula Tren Sepeda ini muncul pada bulan Maret 2020. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan sepeda di aplikasi penjualan online (Krisdamarjati, 2020). Dengan maraknya Tren Sepeda ini memberikan keuntungan bagi para pengusaha sepeda, yang biasanya penjualan selama sebulan hanya dua, kini bisa mencapai empat sepeda dalam kurun waktu satu bulan (Jannah,2020).

Patut untuk disadari bahwa menjaga kebugaran tubuh menjadi sangat penting. Apalagi di masa pandemi Covid-19, gaya hidup yang sehat dan olahraga secara teratur menjadi cara untuk menjaga kesehatan, kebugaran dan daya tahan tubuh. Dengan adanya tren bersepeda ini, bisa dijadikan tren positif di tengah pandemi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun