Mohon tunggu...
aziz ahlaf
aziz ahlaf Mohon Tunggu... Editor - kita hanya berbeda acara dalam menggapai ridho tuhan

setiap kita punya cara unik dalam mengumpulkan pundi-pundi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Air Hujan, Nikmat Rahmat atau Laknat?

31 Desember 2019   15:47 Diperbarui: 31 Desember 2019   15:59 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi, //dokpri

Penulis sering jumpai para orangtua melarang anaknya untuk tidak hujan-hujanan, atau terkena gerimis karena nantinya bisa terkena flu, batuk, meriang, atau sakit lainnya. 

Pembaca tentunya pernah dengar kalimat-kalimat umum seperti; "jangan dulu pergi, ini masih gerimis nanti sakit loh." Atau "dibilang jangan hujan-hujanan, tuh kan akhirnya sakit." Atau "nih pakai jas hujan, biar gak sakit," atau kalimat lain yang semakna. Seolah air hujan adalah sumber penyakit. Fenomena lain air hujan malah dijadikan sebagai obat penghilang penyakit, mereka meyakini air hujan adalah nikmat karena rahmat tuhan.

Bagaimana dengan banjir?

Banjir emang fenomena alam yang tak lepas dari campur tangan tuhan, tuhan punya maksud tertentu atas musibah banjir, namun andai manusia mau jujur atau tafakur tentunya tidak serta banjir musibah banjir dibebankan atas kemurkaan tuhan. 

Boleh jadi, tuhan murka atas manusia yang tidak menghargai lingkungan sekitar, boleh jadi pula teguran kepada manusia agar tidak semena-mena terhadap kondisi alam atas hasil karya terbaiknya. 

Atau, justru tuhan punya rencana lebih baik lagi dibalik musibah banjir? Semua itu tergantung pikiran manusia kepada tuhannya atas musibah banjir. Kaitan ini, ada juga yang beranggapan bahwa banjir yang berasal dari air hujan adalah sebuah laknat tuhan atas kerakusan manusia yang ingkar terhadap nikmatnya.

Musim kemarau?

Teringat saat musim kemarau, orang-orang pada berkicau krisis air di mana-dimana, kekurangan air, sumber mata air pada kering, harga air menjadi mahal, bahkan air isi ulang pun dijadikan sebagai air untuk mandi, cuci piring dan peralatan dapur tentunya bagi yang berduit untuk membeli, hilir mudik lalu lalang mobil tangki pengangkut air seolah paling sibuk di dunia, karena mondar mandir angkut air pesanan warga, bahkan sering mengalami keterlambatan pesan air. 

Satu mobil tangki dihargai kisaran 250 hingga 500 ribu tergantung daerah. Untuk pesanan pun harus antri menunggu hingga berhari-hari, ada yang sampai 6 hari baru bisa dapat. Drama krisis air di musim kemarau seolah menjadi adegan unik diberbagai daerah. Ditambah pemberitaan media bertengger pada topik berita utama. Betapa menderitanya kekurangan air di musim kemarau bahkan sampai ada yang sholat istisqo untuk meminta hujan.

hujan adalah keberuntungan?

Unik, di sisi lain justru musim kemarau disulap menjadi musim keberuntungan seperti pemilik mobil tangki air, pemilik sumber mata air, taman rekreasi alam pegunungan, tukang pembuat batu bata, para kuli bangunan, dan lain sebangsanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun