Mohon tunggu...
Azizah FatwaAlamina
Azizah FatwaAlamina Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya Mahasiswa Tadris IPA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontroversi MSG: Rahasia Umami Atau Ancaman Kesehatan?

24 Juni 2025   21:40 Diperbarui: 24 Juni 2025   21:40 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Struktur Kimia MSG (Sumber: detik.com)

 Foto MSG (Sumber: http: //www.sfidn.com)
 Foto MSG (Sumber: http: //www.sfidn.com)
Di dunia kuliner, rasa sedap dalam sebuah hidangan masih tetap menjadi daya tarik utama para konsumen dalam memilih makanan. Dalam setiap masakan yang dihidangkan pastinya memiliki resep rahasia dibalik rasa sedapnya. Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini generasi muda sudah tak lagi banyak yang mau mengkonsumsi realfood dan berbagai makanan atau camilan tradisional zaman dahulu seperti singkong rebus, kacang rebus, dan lain sebagainya. Generasi saat ini cenderung tertarik terhadap berbagai camilan dan makanan instan, berwarna-warni, dan berbagai rasa. Salah satu bahan penyedap masakan yang masih jadi perbincangan hangat didunia kuliner adalah MSG atau sering kita sebut dengan istilah ”micin”. Monosodium glutamate (MSG) memiliki sejarah yang panjang, meskipun popularitasnya baru muncul pada tahun 60-an. Orang Jepang telah membuat masakan yang lezat selama berabad-abad. Laminaria japonica, sejenis rumput laut, adalah rahasianya. Seorang profesor di Universitas Tokyo, Kikunae Ikeda Pada tahun 1908, menyatakan bahwa asam glutamat adalah penyebab kelezatan. Berasal dari istilah "umaiyang" dalam bahasa Jepang yang berarti "lezat," penemuan ini menyoroti rasa-rasa berikut: asam, manis, asin, dan pahit dengan umami (Ariska, 2024).

Penggunaan MSG dalam masakan sebagai peningkatcita rasamakanan telah menjadi elemen penting di banyak negara, termasuk Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa MSG berfungsi sebagai penambah rasa umami, yang dapat memperkaya kelezatan hidangan (Amelia & Sya'baniah, 2024). Selain itu, studi oleh Hayabuchi et al. (2020) mengindikasikan bahwa penambahan MSG dalam makanan dapat secara signifikan meningkatkan rasa gurih dan asin makanan dibandingkan dengan makanan yang tidak mengandung MSG. MSG membuat makanan terasa lebih lezat tanpa harus menambah banyak garam atau lemak. Industri makanan umunya menggunakan MSG karena efektif dalam memperkuat rasa dengan biaya rendah.

Namun, meskipun MSG memiliki manfaat dalam meningkatkan cita rasa makanan, penggunaan berlebihan MSG telah dikaitkan dengan berbagai dampak kesehatan yang merugikan. MSG ini merupakan bahan tambahan dalam masakan yang sering digadang-gadangkan dapat menyebabkan berbagai penyakit jika dikonsumsi sehari-hari. Banyaknya informasi yang menyebar mengenai bahaya MSG bagi kesehatan, didukung dengan dunia teknologi yang berkembang pesat dan mudahnya penyebaran informasi menyebabkan MSG dipandang buruk dimata masyarakat.  MSG umumnya dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis seperti gangguan metabolik, penyakit kanker, obesitas, gagal ginjal, penyakit jantung, dan penyakit-penyakit lainnya, bahkan berpengaruh pada tingkat kecerdasan manusia (Sulastri, 2017). Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa efek negatif MSG sering didapati pada orang yang mengonsumsi lebih banyak MSG yaitu melebihi takaran konsumsi harian yang direkomendasikan oleh badan kesehatan dan nyatanya banyak masyarakat masih menambahkan MSG dalam setiap masakannya. Bahkan makanan yang mengandung MSG ini memilki peminat yang tinggi dan cenderung banyak di puji.

Selain kontroversi MSG terhadap kesehatan istilah MSG juga sangat populer dikalangan anak muda. Istilah”generasi micin” sering disematkan kepada generasi yang mengonsumsi makanan dengan penyedap rasa Monosodium glutamat (MSG). Dalam konteks ini diduga MSG berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan otak (Ningtyas, 2024).  MSG termasuk dalam zat aditif paling populer di dunia dan sering dikonsumsi bersama makanan olahan komersial yang memiliki efek kecanduan rasanya. MSG dapat dideskripsikan sebagai garam natrium dari asam glutamat yang memiliki rumus kimia C₅H₈NO₄Na dengan nama IUPAC - Sodium 2-aminopentanedioate, dan diionisasi oleh air untuk menghasilkan ion natrium bebas dan asam glutamat. Glutamat merupakan komponen utama dari sebagian besar makanan yang mencakup protein yang berasal dari telur, susu, daging dan beberapa sayuran, selain itu MSG juga berperan dalam metabolisme manusia (Badan POM, 2021).

 Penggunaan MSG telah meningkat secara signifikan selama 30 tahun terakhir; permintaan globalnya mencapai lebih dari tiga juta metrik ton, yang bernilai lebih dari $4,5 miliar. Asia bertanggung jawab atas lebih dari tiga perempat konsumsi MSG dunia dengan Negara China sebagai pemimpin dalam konsumsi global serta produksi dan ekspor ke negara-negara lain (Kayode,dkk., 2023). MSG yang merupakan bagian dari BTP (Bahan Tambahan Pangan), tentunya dalam penggunaannya telah diatur oleh FAO/WHO. Peraturan dari FAO dan WHO telah dikembangkan untuk digunakan sebagai acuan penambahan MSG dalam makanan. Dalam hal ini dijelaskan bahwa asupan MSG harian seseorang tidak boleh melebihi asupan harian yang dianjurkan yaitu 120 mg/kg BB. Berdasarkan peraturan Indonesia, yaitu RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan makanan, MSG dapat digunakan dalam berbagai jenis pangan dengan takaran yang mengikuti GMP (Good Production Practices) sesuai dengan PP No. 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. Pada produk makanan yang mengandung Monosodium Glutamat (MSG), nama MSG harus dicantumkan dalam komposisi labelnya. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan MSG dalam jumlah yang ditentukan masih tergolong aman (Suci,dkk., 2023). Berdasarkan hal tersebut dapat kita ketahui bahwa sebenarnya MSG itu aman jika tidak berlebihan dan baik dikonsumsi jika dalam ukuran sesuai dengan batasannya.

Namun, Kebanyakan warga masih sering menggunakan MSG secara berlebihan dalam memasak sehari-hari karena kurangnya informasi tentang bahaya penggunaan MSG diatas batas maksimal penggunaan, mereka hanya fokus pada cita rasa masaknnya dan juga belum tau mengenai alternatif bahan penyedap alami yang lebih sehat dan cara penggunaannya yang tepat. Kecanduan terhadap konsumsi MSG ini juga didukung oleh ketersediaannya yang melimpah dan harganya yang relative murah. Oleh karena itu, penting untuk mengadakan sosialisasi dan edukasi mengenai dampak penambahan MSG yang berlebihan pada masakan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan memberikan informasi yang tepat tentang risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi MSG, serta pengarahan untuk penggunaan MSG sesuai aturan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, diharapkan juga dapat mempromosikan penggunaan produk alami sebagai alternatif MSG melalui metode penyiapan makanan tradisional. Sosialisasi ini juga diyakini dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi risiko gangguan kesehatan yang terkait dengan konsumsi MSG yang berlebihan.

Jadi, Anggapan bahwa generasi muda yang sering mengonsumsi makanan dengan MSG menjadi bodoh adalah mitos yang tidak berdasar. Pintar dan bodohnya seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor makanan yang dikonsumsi saja namun, ada banyak faktor lainnya. Kadang yang membuat kita tidak sehat bukan hanya makanan berbahaya atau kandungan dari satu zat, tapi cara kita berfikir dan gaya hidup. Selain itu kita juga harus tetap waspada dan cerdas dalam memilih makanan yang kita konsumsi, asupan gizi harian harus diutamakan dari pada hanya sekedar mengejar rasa sedap pada makanan.

REFERENSI

Ariska, L. P. A. (2024). Analisis kadar Monosodium Glutamat (MSG) pada berbagai macam jenis kuah soto menggunakan refraktometer abbe. Maliki Interdisciplinary Journal, 2(5).

Badan POM, (2021, Maret 29). Penggunaan MSG dalam makanan. Pesan disampaikan dalam https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/22029/Penggunaan-MSG-dalam-Makanan.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun