Mohon tunggu...
Azikra Salma
Azikra Salma Mohon Tunggu... Perawat - Azikraass

Alam takambang jadi guru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dalam Lamunan

4 Februari 2020   20:59 Diperbarui: 4 Februari 2020   21:03 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hal yang paling membosankan dalam hidup, yaitu dimana saat diri kamu berubah peran menjadi tokoh utama antagonis dalam sebuah cerita. Bayangkan saja, saat jati dirimu harus ditutupi oleh sebuah topeng yang dimana orang lain melihat nya seolah-olah itu memang sikap dan karaktermu. Tetapi dilubuk hati terdalammu, kamu benar-benar tidak nyaman dengan perubahanmu dihadapan teman-temanmu.

Terserah orang-orang bilang kehidupan itu harus dijalani dengan kebenaran yang ada, tapi kehidupan seperti apa yang orang-orang maksud? Para pejabat yang hebat dan berkoruptor? Atau para kritikurs yang mengkritik sedikit lalu dijebloskan kedalam penjara? jangan bodoh!.

Ini kisah hidupku. Bukan dongeng yang dimana seorang gadis cantik menjadi upik abu yang dijahati oleh saudara-saudara tirinya akan tetapi mendapatkan pangeran yang begitu tampan dan baik hati mengajakmu menikah, lalu memiliki cerita yang bahagia dan mengharukan.

Ahhhh.. ayolahh ini bukan cerita yang seperti itu. Apalagi dongeng yang selalu diceritakan orang tua kepada anak nya saat sebelum tidur. Bagaimana mungkin orang-orang hidup di dunia fiksi seperti itu? Lalu, menurutmu kehidupanku seperti apa? Dongengkah? Legendakah? Sejarah atau mungkin mite? Yang benar saja!

"Salma! Kau dipanngil bu Juliah tuh di depan!" suara yang muncul dari teman sebangku-ku ini menyadarkanku dari lamunanku. "woy Salma! Kedepan sana!" lanjut ucapan nya sambil menenggol bahuku. Ia bernama Amanda.

Dengan langkah yang benar-benar sangat malas tanpa niat, aku mengisi sebuah soal yang telah dibuat oleh bu Juliah guru matematik di papan tulis. "nah, jawaban Salma sudah benar dan kalian tulis di buku catatan kalian" ujar bu Juliah. "coba kamu jelaskan ke teman-teman mu yang tidak mengerti" perintah bu Juliah.

"lah, ibukan gurunya, kenapa harus saya yang menjelaskan materi ini bu?kan ibu sudah di gaji untuk mengajar kita" Tanya Salma sedikit mencibir. "lohhh, kamu kok menjadi seperti ini? Tanya bu Juliah bingung. Bahkan teman sekelasku menatapku dengan heran akan ucapanku terhadap bu Juliah tadi.

Orang-orang mengenalku berbagai macam. Salma anak yang sangat terkenal dengan si juara pertama olimpiade matematika, anak yang berhati lembut dan berjiwa malaikat. Tapi cukup sampai disini! Aku muak dengan pujian-pujian yang mereka lontarkan kepadaku. Itu semua menurutku hanya omong kosong belaka. Memuakan sekali!. "kenapa? Ibu tersanjung dengan sikap saya?" ucapku sarkasme.

Ibu Juliah dan anak-anak tertegun atas ucapanku yang berani-beraninya berbicara dengan seperti kepada guru. Aku sudah tidak peduli mengenai tanggapan-tanggapan yang akan ku terima nanti, yang jelas saat ini aku muak dengan apa yang selama ini aku jalani.

"Biar saya saja Bu!" ucap seorang siswa berhasil memecahkan ketegangan yang sempat tercipta olehku. Semua mata mengarah pada siswa yang tidak ku ketahui namanya, karena dia adalah murid baru di kelas ini, dan tentu nya aku tidak peduli. "Tahan sebentar lagi, dan kau akan terbebas dari dunia ini" bisik siswa tersebut saat langkahnya berada di sampingku dan melewatiku begitu saja.

Aku terdiam saat mendenar bisikan siswa itu yang sama sekali tidak aku kenali. Mengapa dia bisa tau aku muak dengan duniaku ini? Bahkan dia mengatakan nya tanpa ekspersi dan tanpa melihat ke arahku.

"Baiklah kalau begitu," ucap bu Juliah menyadarkanku dari lamunan. "kau boleh duduk kembali Salma" ujar bu Juliah sedikit canggung.
Entah apa yang telah merasuki diriku, sehingga aku mengangguk pelan dan berjalan menuju bangku-ku dengan pikiran-pikiran yang menghantuiku.

Tanpa sadar waktu begitu cepat berlalu, sehingga bel bertanda pulang sekolah terdengar olehku. Tetapi aku masih bergeming di tempat sambil menatao kosong kearah papan tulis yang telah terdapat banyak coret-coret rumus di sana. Tetapi ada yang aneh dengan perlihatanku, aku mengusap mataku dengan berulang kali dan mengerjap-ngerjapkan mataku.

Tapi aku benar-benar tidak salah melihat, coretan rumus dan hitungan dipapan tulis itu telah berubah menjadi sebuah, aaahhhh, aku tidak tahu harus bagaiamana menyebutkan dan menjelaskan nya. Itu seperti sebuah portal yang dimana sering berada di film-film dunia sihir.

"Sudah siap? Ayo ikut saya!" ucap dia sambil memasuki portal tersebut. Dia? Iya, siswa yang mengatakan hal aneh tadi kepadaku. "woy Salma! Kamu bengong mulu dari tadi" suara itu?terdengar sangat tidak asing, Amanda? Hah, kenapa dia bisa ada disini? Lalu dimana siswa tadi? Bukan nya dia berada dengan jelas dan tegap di depanku tadi?"

"Ck, woy maa! Sadar maa sadar!!! Ujar Amanda menggoyang-goyangkan bahaku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, "ini dimana?" tanyaku pada Amanda. "ini dikamarku, kau ini melamuni apasih?" ujar cinta dengan sangat penasaran, "aku sudah curhat panjang-panjang, kau malah melamun" ujar Amanda kesal

Ah, iya tadikan si Amanda sedang curhat kepadaku, eeeeh aku malah berkhayal jadi orang yang jahat yang tiba-tiba masuk dunia lain. Ya habis cerita dia sudah seperti sinetron saja . "Hehehehe" aku terkekeh kecil padanya, "salah kamu sih buat aku melamun" balasku akhirnya.

"Laahhh, kok salahku sih?" Tanya Amanda "ceritamu bikin aku mikir, eh ga sadar malah jadi melamun." Belaku. "itu sih salahmu! Udah tau bego masih aja mikir" Cibiran Amanda membuatku kesal. "seorang Salma si juara pertama dibilang bego," ujarku angkuh, "Lalu orang bodoh sepertimu, cocok di sebut apa? Sampah? Ucapku terlalu kesal. "iya deh iya, aku minta maaf" ujarnya mengalah, padahal dia sudah kalah.

Sepertinya hidupku tidak seperti dongeng, legenda ataupun sejarah. Kehidupanku serasa aneh, tapi aku tidak berada dalam cerita fable ya. Yang dimana hewan dapat berbicara denganku.

Ayolah, jangan bercanda, ini bukan drama indiaaa!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun