Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Maryam dan Berkas-berkas Ingatan yang Bertebaran

17 Januari 2022   14:31 Diperbarui: 22 Januari 2022   23:15 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perempuan mengingat kenangannya. (sumber: pixabay.com/stock snap)

"Cepat! Cepat! Nyonya butuh jawaban!" bentak pria bersetelan rapih itu sambil masih menembakkan peluru-peluru di udara kosong, entah tak terhitung berapa pekerja bertumbangan satu per satu bersimbah darah, terkena peluru, yang kemudian coba digotong oleh rekannya yang lain. Tapi pria setelan rapih terus membentak.

"Jangan bantu yang telah mati! Urus dirimu sendiri!"

Tak lama kemudian beberapa berkas diserahkan. Dan dicampurkannyalah semua berkas-berkas itu yang berhubungan dengan kata kunci yang dibutuhkan. Ia sudah kehabisan waktu. 

Maryam mengingatnya. Sebuah malam ketika ia diajak menonton film itu bersama seorang pria. Ia ingat malam itu ia berdandan cantik sekali. Rambutnya hitam ikal panjang, gincu merah memoles bibir tipisnya itu begitu serasi dengan gaun merah yang dikenakan. 

Ia begitu menggoda. Ia ingat pria yang menjemputnya. Bukankah itu Pono? Bukankah gincu yang ketika itu juga dipakainya itu adalah hadiah Pono untuknya? 

Hanya saja semakin diingatnya, semakin remang wajahnya. Yang diingatnya bahwa  lelaki itu menjemputnya dengan sepeda motor bututnya, bahkan sempat menunggu sekian lama di lobby apartemen, menunggunya selesai mematut diri sambil menghabiskan beberapa batang rokok dan secangkir kopi. 

Maryam juga mengingat ketika baru beberapa meter keluar dari apartemen hujan turun begitu deras, dan keduanya kebasahan. 

Lelaki itu nekat mengajaknya berbasah-basahan sementara jemari Maryam mengikat kuat perut si lelaki. Perempuan itu mengingat bahwa betapapun dinginnya malam itu tak mampu menggigilkan tubuhnya yang tengah dibakar panas asmara. 

Sampai kemudian keduanya tiba di sebuah pusat perbelanjaan di tengah kota itu, dan sang lelaki  mengajaknya membeli pakaian untuk menggantikan pakaian keduanya yang basah. Kemudian untuk menghangatkan diri, keduanya makan di foodcourt lantai atas. 

Keduanya tak ambil peduli bahwa film telah diputar beberapa saat, sementara jemari keduanya sibuk berpaut dan saling remas di sebuah meja makan. 

Juga tak ambil peduli berpasang-pasang mata melihat pada mereka, yang ketika itu terlihat seperti dua hewan buas yang siap ingin saling terkam. Begitulah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun