Pertunjukannya sudah dimulai setengah jam lalu. Maryam duduk dengan kesal, tapi setidaknya ia menikmatinya. Aura dan suasana yang sudah ia bayangkan. Betapa rasanya tidak biasa. Sulit digambarkan. Irama gamelan membawanya menyelami lakon yang dibawakan, meski tak satupun patah kata dimengertinya. Pono diminta untuk menterjemahkannya.
Tapi dasar Pono, ia malah menceritakan cerita lain, bukan dari lakon yang sedang dimainkan dalang. Sepanjang pertunjukan, ia dengan serius menceritakan lakon ketika Bhisma mati dibunuh Srikandi. Sang resi dikisahkan telah menunggu lama untuk mati dipanah Srikandi, yang merupakan titisan dari Dewi Amba, cinta sejatinya.
"Lalu Mana Bhismanya? Dan mana Srikandinya? Tak nampak kulihat dari tadi?" Protes Maryam.
"Kelak bila waktunya tiba, aku ingin juga mati seperti Bhisma."
Pono pun tertawa-tawa. Bagi Pono, Maryamlah sang Srikandi.
...
Cipayung, November 2020