Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Maryam dan Hujan yang Tak Kunjung Membasahi Tubuhnya

24 November 2020   11:02 Diperbarui: 24 November 2020   18:20 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Jill Wellington dari Pixabay

Ada hari-hari kala langit terang benderang, dan hujan pun turun begitu saja tanpa aba-aba, gulita malah mengikuti belakangan. Terik menyengat berubah begitu cepat. 

Hujan yang waktu itu turun membasahi segala yang ada. Membasahi sepatu-sepatu sampai kuyup, menghalangi jemuran kering karena tak sempat diangkat. Membuat selokan tumpah, menggenangi jalan karena selokannya mampet oleh sampah.

Hujan yang kala itu terus turun sampai pada beranda rumah orang-orang itu, membuat Maryam kegirangan. Ia keluar dari kamar apartemennya. Turun dengan elevator, keluar menyambut hujan, tapi deras air itu, entah mengapa tak jua membasahi Maryam. 

Orang-orang tak nampak keluar, beberapa malah sibuk bergumul di balik selimut, beberapa yang lain berteduh, jalanan macet, sepeda motor bertengger di pinggir jalan, orang-orang mencari tempat yang tak terkena hujan, agar mereka tetap kering, tapi Maryam rindu dibasahi hujan. 

Gadis itu bertanya-tanya dalam hatinya, Apakah mereka tak ingin merasakan tetesan sucinya?

Sebab Maryam rindu, air hujan mengaliri kulitnya sampai keriput. Dilemparkannya pakaian yang menutupi tubuhnya, orang-orang melihatnya, beberapa meneriakinya gila. 

"Ada apa dengan orang-orang itu?" tanya Maryam dalam hati. Apakah orang-orang itu tak ingin, berlarian di tengah derasnya hujan, menari sambil bertelanjang lalu tertawa-tawa seperti dirinya? Meski air yang turun dari sorga itu tak kunjung membasahi tubuhnya.

"Hujan!!! Mengapa tak kunjung kau basahi tubuhku?" Maryam berteriak ke langit, orang-orang yang melihat keheranan, dan saling berbisik-bisik.

Hujan terus mendera tubuhnya, turun bertubi-tubi, namun tak mampu membuatnya kebasahan, ia terus menari dan menari masih dengan bertelanjang. Ketika kemudian mobil patroli polisi yang tak sengaja lewat melihatnya di tengah jalan, menepi, salah satu petugas keluar dari mobil dan meneriakinya,

"Nona, anda mengganggu ketertiban dan keamanan!!" Seorang kawan petugas ikut turun dan berbisik,

"Barangkali gadis itu gila."

"Ayoh kita amankan!"

Nyatanya seberapa keras polisi-polisi itu berusaha mengejar dan menangkapnya, Maryam tak kunjung didapatkan. Ia terus berputar menari, melompat, menaiki  kap mobil silih berganti, berpindah-pindah ke sana-sini. 

Petugas kewalahan dan keributan semakin menjadi, orang-orang mulai turun dari mobil-mobil dan ikut melihat gadis gila itu, meneriakinya, dan ikut mencoba menangkap, begitu juga orang-orang yang tadinya berteduh, tukang kopi, pedagang kaki lima di jalan, semua ikut mencoba menangkap Maryam.

Maryam semakin jadi. Akhirnya tanpa mereka sadari, gadis itu berhasil mengajak mereka seolah-olah menari, melompat, dan memenuhi jalan raya.

"Lihatlah, kalian ikut menari denganku! Kenapa tidak dari tadi ikut merasakan hujan ini, seperti dulu kita lakukan waktu kecil?

Jangan takut dingin, gigil, atau demam, nikmatilah. Nikmatilah!"

Namun tetap saja, meski semua orang kuyup kebasahan, tubuh Maryam tetap kering, dan ia pun kembali berteriak ke langit,

"Hujan!!! Mengapa tak kunjung kau basahi tubuhku?"

...

Cipayung, September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun