Belakangan ini istilah "generasi sandwich" makin sering dibicarakan. Istilah ini menggambarkan posisi seseorang yang berada di tengah-tengah, menanggung kebutuhan orang tua sekaligus keluarga inti. Ibarat isi sandwich, mereka terhimpit di antara dua lapis roti: generasi sebelum dan sesudahnya.
Sekilas, hidup sebagai generasi sandwich terdengar penuh tekanan. Tapi apakah benar ini hanya sekadar beban? Atau sebenarnya ada nilai yang bisa membuatnya lebih bermakna?
Hidup di Tengah Dua Kewajiban
Bayangkan seorang karyawan muda dengan gaji pas-pasan. Setiap bulan, sebagian penghasilannya habis untuk cicilan rumah, biaya sekolah anak, dan kebutuhan harian. Namun di saat yang sama, ia juga rutin mengirim uang untuk orang tua di kampung yang sudah tidak lagi bekerja.
Kadang, ia merasa iri ketika melihat teman sebaya bisa bebas traveling atau mengalokasikan penghasilan untuk investasi. Sementara dirinya harus berhitung ketat setiap kali ingin sekadar makan di luar bersama keluarga.
Inilah potret nyata generasi sandwich: harus pandai membagi sumber daya yang terbatas, sambil menahan keinginan pribadi.
Dari Beban ke Bentuk Bakti
Meski tampak berat, di budaya kita merawat orang tua dianggap bagian dari bakti seorang anak. Mereka dulu bersusah payah membesarkan, menyekolahkan, dan menghidupi kita. Kini, giliran kita yang menjaga mereka di masa senja.
Seorang teman pernah bercerita, awalnya ia menganggap kewajiban membantu orang tua sebagai beban. Namun seiring waktu, ia belajar melihatnya dari sisi lain: setiap rupiah yang ia berikan sebenarnya adalah wujud cinta, bukan sekadar kewajiban. Pandangan ini membuat hatinya lebih tenang.
Ladang Pahala yang Tak Terlihat
Bagi sebagian orang, membantu orang tua dan anak bukan hanya urusan finansial, tetapi juga jalan menuju pahala. Ada keyakinan bahwa doa orang tua yang ridha bisa membuka pintu keberkahan.
Meski tabungan tak seberapa, ada rasa damai ketika tahu bahwa keluarga bisa hidup lebih layak berkat usaha kita. Nilai seperti ini tak bisa diukur dengan materi, tapi dirasakan lewat ketenangan hati.
Belajar Menemukan Keseimbangan
Adapun hal ini dijelaskan oleh Raymond Chin dalam sebuah video di channel YouTube. Raymond mengatakan Biar kalian lebih melek terhadap apa yang harus dilakuin sebagai sandwich generation. Menurut gua ini topik yang susah dibicarain, tapi harus dibicarain. Pertama Apakah yang kalian tanggung dalam usia produktif atau nggak? Nah yang kedua itu bukan mengatur keuangan pribadi kita dulu tapi kita harus belajar tentang gimana cara manage uang sebagai sandwich generation.