Mohon tunggu...
Ayu Lestari
Ayu Lestari Mohon Tunggu... Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi

Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Siliwangi. Penikmat kata dan warna. Memiliki hobi menulis dan membuat sketsa, sebagai cara mengekspresikan isi kepala yang berisik. Suka menyelami topik sejarah, kadang politik, buku, dan sesekali tenggelam dalam film fiksi yang penuh imajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Esai: Perbandingan Framing Konflik Israel-Palestina dalam Harian Kompas dan Republika

15 Juni 2025   19:58 Diperbarui: 15 Juni 2025   19:58 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Data diolah, 2025.

Pendahuluan

Konflik adalah suatu permasalahan sosial yang kerap kali dihadapi oleh berbagai negara di dunia, ketika terdapat dua atau lebih etnis hidup berdampingan dalam satu wilayah. Sebagian besar konflik yang muncul menyebabkan potensi ketidakpaduan nasional dan akan terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Bahkan, dampak dari konflik yang berkepanjangan tersebut menyebabkan melemahnya tatanan kehidupan sosial serta fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Suwondo (2020) menyatakan bahwa dalam masyarakat majemuk, konflik hampir tak terhindarkan, terutama ketika hubungan antarkelompok tidak diiringi kesetaraan struktur sosial. Dalam konteks global, perselisihan seperti ini berpotensi berubah menjadi konflik antarnegara dan bisa berlanjut jika tidak diselesaikan dengan cara yag adil. Salah satu contoh paling nyata dari banyaknya konflik besar yang terjadi di dunia, yaitu konflik antara Israel dan Palestina, yang mana kedua pihak saling mengklaim tanah, identitas, dan kedaulatan atau wilayah yang sama tanpa adanya solusi permanen. 

Konflik Israel--Palestina merupakan salah satu konflik yang kompleks dan berkepanjangan di Timur Tengah. Akar masalah dari konflik ini sejatinya telah berlangsung selama puluhan tahun dan telah menarik perhatian dunia secara berkelanjutan. Banyak dari media internasional secara konsisten memberitakannya, tidak hanya untuk menyampaikan informasi saja, tetapi juga sebagai pelaku utama yang membentuk opini publik serta yang mendorong partisipasi global untuk mencari jalan keluar dari konflik yang berkepanjangan ini. Banyaknya korban jiwa dan penderitaan, khususnya di kalangan penduduk sipil, terutama anak-anak dan perempuan, menjadikan isu ini menyentuh sisi emosional masyarakat dunia. Namun, media di Indonesia tidak selalu menjadikan konflik ini sebagai prioritas, kecuali pada momen-momen besar seperti yang terjadi pada 7 Oktober 2023, yang kemudian memicu rentetan serangan balasan dan korban jiwa dalam jumlah besar. Peristiwa tersebut kembali menarik perhatian media nasional, yang kemudian menempatkannya sebagai berita utama. Setiap media memiliki bingkai (framing) yang berbeda dalam memberitakan konflik tersebut, tergantung pada nilai, sudut pandang, dan audiens yang mereka layani.

Berdasarkan landasan pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, penulisan esai ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana dua media nasional Indonesia, yakni Kompas dan Republika yang menjadi objek analisis, membingkai (framing) pemberitaan mengenai konflik Israel--Palestina. Dalam kajian ini, penulis menggunakan analisis framing Robert N. Entman sebagai pisau analisis utama. Melalui hal tersebut, penulis berupaya mengidentifikasi perbedaan dalam mendefinisikan masalah, menilai penyebab konflik, memberikan penilaian moral, serta menyampaikan rekomendasi penanganan dalam pemberitaan masing-masing media. Penelitian ini secara khusus berfokus pada dua artikel dari masing-masing media yang membahas topik konflik Israel--Palestina. Artikel dari Kompas berjudul "Mengenal Siapa Itu Hamas dan Alasannya Menyerang Israel" (8 Oktober 2023), sementara artikel dari Republika berjudul "Israel Terus Bantai Rakyat Palestina" (20 Oktober 2023). Dengan fokus pada bagaimana perbedaan bingkai tersebut mencerminkan posisi ideologis, pilihan narasi, serta upaya media dalam memengaruhi cara pandang publik terhadap konflik yang sama.

Pembahasan

Analisis framing adalah salah satu pendekatan penting dalam kajian media, karena dapat memungkinkan peneliti untuk memahami bagaimana realitas sosial dibentuk dan diarahkan oleh media melalui sebuah pemberitaan. Metode ini berakar pada teori konstruksi sosial yang dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, yang menegaskan bahwa realitas bukanlah sesuatu yang hadir secara objektif atau absolut, tetapi dibentuk melalui proses sosial yang terus berlangsung. Dalam pandangan mereka, "realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi melalui interaksi sosial" (Herman & Nurdiansa, 2010, hlm. 157).

Pendekatan ini juga didukung oleh teori konstruktivisme dari Pan dan Kosicki yang menyatakan bahwa setiap individu mengorganisasi dan menafsirkan realitas berdasarkan kerangka berpikirnya sendiri, sehingga media pun tidak netral dalam menyampaikan fakta, melainkan terlibat dalam proses pembentukan makna (Pan & Kosicki, 1993, dalam Herman & Nurdiansa, 2010, hlm. 157). Robert N. Entman (1993) kemudian merumuskan model framing dalam empat elemen utama, yakni mendefinisikan masalah (define problems), mengidentifikasi penyebab (diagnose causes), memberikan penilaian moral (make moral judgement), dan menawarkan rekomendasi penanganan (treatment recommendation).

Perbedaan cara media dalam memberitakan suatu peristiwa seperti konflik Israel--Palestina, sangat dipengaruhi oleh latar belakang ideologis, nilai karakter masing-masing media. Perbedan ini tampak jelas dalam pembingkaian (framing) berita yang ditulis, mulai dari sudut pandang penulisan, pemilihan judul, penggunaan diksi dalam isi berita, hingga pada pemilihan foto atau elemen grafis yang diperlihatkan. Dalam pemberitaan harian Kompas edisi 8 Oktober 2023 "Mengenal Siapa Itu Hamas dan Alasannya Menyerang Israel", yang disertakan foto yang menampilkan sekelompok anggota Hamas sedang mengelar parade dalam rangka peringatan hari jadi kelompok tersebut. Foto tersebut mendukung narasi yang mencoba menjelaskan latar belakang di balik alasan Hamas menyerang Israel, serta historis dan ideologisnya. Di sisi lain, Republika dalam pemberitaannya yang memuat topik serupa berjudul "Israel Terus Bantai Rakyat Palestina", menampilkan foto berbeda yang lebih menekankan pada dampak yang menimbulkan penderitaan karena konflik tersebut dan dampak kemanusiaan dari agresi militer yang dilakukan oleh pihak Israel. Perbedaan yang kontras ini memperlihatkan bagaimana media dapat membentuk makna dan respons publik melalui pilihan-pilihan editorial yang disesuaikan dengan redaksi masing-masing.

1. Analisis Framing Kompas

Artikel: Mengenai Siapa Itu Hamas dan Alasannya Menyerang Israel (8 Oktober 2023)

a. Define Problems (Mendefinisikan Masalah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun