Mohon tunggu...
ayu fatimah zahra
ayu fatimah zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengetahuan Gizi Ibu: Kunci Mencegah Anak Terlantar Nutrisi

24 September 2025   16:26 Diperbarui: 24 September 2025   16:26 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto keluarga (Sumber: Pinterest)

Masalah Gizi Anak Masih Mengkhawatirkan

Masalah gizi anak masih menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 mencatat prevalensi stunting nasional berada di angka 21,6% (Kementerian Kesehatan RI, 2023). Angka ini memang turun dibanding tahun sebelumnya, tetapi target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan ambang batas 14% pada 2025 masih cukup jauh (World Health Organization, 2025). Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan anak, tetapi juga memengaruhi kualitas sumber daya manusia jangka panjang, mulai dari tingkat kecerdasan, produktivitas kerja, hingga daya saing bangsa.

Di balik angka tersebut, ada faktor penting yang sering terlewat: pengetahuan gizi ibu. Periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dikenal sebagai fase emas, di mana asupan nutrisi sangat menentukan tumbuh kembang anak. Jika ibu tidak memahami pentingnya gizi seimbang pada periode ini, maka risiko anak mengalami stunting, gizi buruk, atau hambatan perkembangan akan meningkat. Dengan kata lain, perbaikan gizi anak tidak hanya bisa dicapai melalui bantuan pangan, tetapi juga lewat peningkatan literasi gizi di tingkat rumah tangga.

Pendidikan Ibu Menentukan Nutrisi Anak

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan literasi gizi ibu berkorelasi langsung dengan status gizi anak. Sebuah meta-analisis menemukan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan rendah berisiko lebih tinggi memiliki anak stunting dibandingkan dengan ibu berpendidikan lebih tinggi. Temuan ini memperkuat argumen bahwa pendidikan bukan sekadar soal akses ke sekolah, melainkan juga membuka jalan bagi pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan, pola asuh, dan pengelolaan pangan keluarga.

Pengetahuan gizi di sini tidak berhenti pada pemahaman umum bahwa sayur atau buah itu sehat. Literasi gizi mencakup keterampilan menyusun menu seimbang, memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif, memperhatikan asupan protein, serta menjaga kebersihan pangan. Minimnya wawasan ini membuat anak rentan mengalami defisiensi zat gizi mikro, seperti zat besi atau vitamin A, yang berujung pada gangguan pertumbuhan maupun perkembangan kognitif. Oleh karena itu, intervensi pendidikan gizi ibu menjadi kunci strategis dalam memutus rantai gizi buruk lintas generasi.

Pentingnya Intervensi Berbasis Edukasi dan Pemberdayaan

Untuk menjawab persoalan ini, intervensi gizi harus diiringi pendekatan edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Program bantuan pangan memang penting, tetapi dampaknya terbatas jika orang tua tidak tahu cara mengolah bahan tersebut menjadi makanan sehat. Posyandu dan puskesmas bisa diperkuat tidak hanya sebagai tempat pemantauan tumbuh kembang balita, tetapi juga sebagai pusat edukasi gizi, termasuk pelatihan menyusun menu sehat dari bahan pangan lokal (UNICEF, 2021). 

Selain itu, pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui inisiatif kebun gizi di pekarangan rumah, sehingga keluarga terbiasa menanam sayuran dan buah untuk kebutuhan harian. Kelompok ibu PKK juga bisa berperan aktif dalam pelatihan pengolahan makanan lokal yang beragam, bergizi, aman, dan seimbang. Dengan pendekatan ini, upaya perbaikan gizi menjadi lebih berkelanjutan karena berbasis pada partisipasi keluarga dan komunitas, bukan hanya intervensi sesaat dari pemerintah.

Pemerintah sendiri memiliki ruang fiskal yang cukup besar untuk mendukung program semacam ini. Dalam RAPBN 2025, anggaran kesehatan dialokasikan sebesar Rp197,8 triliun bahkan ada sumber yang menyebut hingga Rp217,3 triliun dengan salah satu prioritas utamanya adalah percepatan penurunan stunting. Alokasi ini menunjukkan adanya peluang besar untuk memperkuat edukasi gizi bagi calon orang tua baik ibu maupun ayah agar mereka lebih siap memastikan kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak.

Investasi pada Literasi Gizi Ibu

Dengan kata lain, pengetahuan gizi ibu merupakan investasi strategis dalam pembangunan bangsa. Literasi yang baik akan membuat ibu mampu mengoptimalkan sumber pangan local meski dengan keterbatasan ekonomi. Jika masalah gizi hanya dipandang sebagai urusan bantuan pangan sesaat, maka problem stunting dan gizi buruk akan terus berulang lintas generasi. Sebaliknya, jika literasi gizi ditanamkan sejak dini melalui sekolah, komunitas, dan layanan kesehatan, maka fondasi masa depan bangsa yang sehat, cerdas, dan produktif akan semakin kuat. Oleh karena itu, sinergi pemerintah, masyarakat, dan organisasi internasional seperti UNICEF sangat dibutuhkan untuk memperkuat sistem layanan gizi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun